Lombok (ekbsintb.com) – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTB terus menggencarkan program tebar benih ikan sebagai upaya menjaga kelestarian sumber daya perikanan di wilayah perairan umum. Hingga September 2025, tercatat lebih dari 10 juta ekor benih ikan telah didistribusikan ke berbagai lokasi di NTB.

Kepala DKP NTB, H. Muslim, ST., M.Si, menjelaskan bahwa penyebaran benih tersebut dilakukan di sejumlah perairan umum, kolam masyarakat, serta embung-embung desa yang dikelola bersama kelompok masyarakat dan pemerintah desa.

- Iklan -

“Yang sudah didistribusikan sampai September ini sudah lebih dari 10 juta ekor. Itu selama tahun 2025,” ujarnya, Selasa 14 Oktober 2025.

Muslim menyebutkan, kegiatan tebar benih ikan dilakukan secara berkelanjutan dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk kelompok masyarakat, pemerintah desa, hingga mahasiswa KKN yang sedang melakukan pengabdian di wilayah pedesaan.

Kolaborasi ini, kata dia, menjadi kunci dalam memperluas jangkauan distribusi benih sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga ekosistem perairan.

“Program ini tidak hanya soal menebar ikan, tapi juga tentang menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga sumber daya perikanan. Banyak sekali praktik penangkapan ikan yang merusak, seperti menggunakan setrum, yang bisa membunuh ikan-ikan kecil. Jadi, tebar benih ini juga bagian dari upaya pemulihan ekosistem,” jelasnya.

Lebih lanjut, Muslim menerangkan bahwa program tebar benih ikan juga bertujuan untuk meningkatkan konsumsi ikan masyarakat NTB, yang hingga kini masih berada di bawah rata-rata nasional.

“Mengingat NTB ini masih di bawah nasional untuk tingkat konsumsi ikannya, sekarang ini bagaimana NTB bisa meningkat tingkat konsumsi ikan yang masih di bawah standar nasional. Salah satu strategi kita dengan melakukan tebar benih ikan di seluruh sungai, danau, atau bendungan,” katanya.

Sebagai gambaran, Angka Konsumsi Ikan (AKI):  NTB 2023: 54,90 Kg/kapita/tahun. NTB 2024: 58,39 kg/kapita/tahun. Sementara nasional , 2023: 57,91 kg/kapita/tahun. 2024: 58,76 kg/kapita/tahun.

menurutnya, rendahnya tingkat konsumsi ikan di masyarakat salah satunya disebabkan kondisi daerah-daerah yang jauh dari laut, sehingga sulit mendapatkan akses ikan segar. “Baik itu dari tidak ada ketersediaan muara, kolam-kolam tradisional. Kalau ada ketersediaan dam atau embung di kampung-kampung itu, kita isi (dengan ikan lewat program tebar benih ikan, red),” ungkapnya.

Menurut Muslim, jenis ikan yang dilepas ke perairan umum disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat setempat. Beberapa jenis yang paling banyak ditebar adalah ikan nila, ikan karper, dan lele, karena mudah dibudidayakan serta memiliki nilai ekonomi dan gizi yang tinggi.

Selain menjaga keberlanjutan populasi ikan di alam, program tebar benih ini juga diharapkan mampu memenuhi kebutuhan protein masyarakat di pedesaan. “Kita berharap dengan semakin banyak ikan yang berkembang di perairan umum, kebutuhan gizi masyarakat bisa lebih terpenuhi, terutama protein hewani dari ikan,” tambahnya.

Ke depan, DKP NTB berkomitmen untuk terus melanjutkan dan memperluas cakupan program ini dengan memperhatikan potensi masing-masing wilayah. Setiap distribusi benih dilakukan berdasarkan permintaan dan kebutuhan masyarakat, serta mempertimbangkan daya dukung lingkungan agar populasi ikan bisa berkembang dengan baik.

“Kami tetap distribusikan bibit ikan ke masyarakat, tergantung kebutuhan mereka. Selama ada potensi dan permintaan, kami siap bantu. Dan sepanjang benihnya masih tersedia di BBI (Balai Benih Ikan),” tegas Muslim.

Melalui kegiatan ini, DKP NTB berharap masyarakat semakin peduli terhadap kelestarian sumber daya perikanan dan tidak lagi menggunakan cara-cara destruktif dalam menangkap ikan. Upaya berkelanjutan tersebut diharapkan dapat menjaga keberadaan ikan di alam, meningkatkan pendapatan masyarakat kecil, serta memperkuat ketahanan pangan berbasis perikanan di NTB.

Selain itu, ketersediaan ikan di perairan akan mendukung pola pemenuhan gizi masyarakat, penguatan IQ, mendorong bayi-bayi kita tidak stunting.  (bul)