spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiDampak Lesunya Ekonomi, PHRI NTB Pertimbangkan Merumahkan hingga PHK Karyawan Hotel

Dampak Lesunya Ekonomi, PHRI NTB Pertimbangkan Merumahkan hingga PHK Karyawan Hotel

Lombok (ekbisntb.com) – Industri perhotelan di Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali menghadapi tekanan akibat melambatnya aktivitas ekonomi dan kebijakan efisiensi anggaran yang diberlakukan pemerintah pusat. Salah satu dampak paling terasa adalah pembatasan kegiatan Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions (MICE) yang selama ini menjadi salah satu sumber utama pendapatan hotel.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, Ni Ketut Wolini, menyampaikan bahwa tingkat hunian hotel di NTB mengalami penurunan signifikan. Bila pada periode yang sama tahun lalu okupansi berada di kisaran 60–70 persen, saat ini anjlok hingga hanya sekitar 20 persen.

- Iklan -

“Jelas kondisi ini memengaruhi operasional hotel. Kalau terus seperti ini, dari mana hotel bisa menggaji karyawan? Ujung-ujungnya pasti ada efisiensi, termasuk pada tenaga kerja,” ujarnya di Sekretariat PHRI NTB, Senin, 14 April 2025.

Wolini menjelaskan, pada masa pandemi Covid-19, perumahan karyawan menjadi salah satu strategi bertahan. Saat ini, PHRI NTB masih mempertimbangkan berbagai opsi, termasuk kemungkinan merumahkan kembali karyawan atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Keputusan tersebut akan dibahas melalui rapat anggota yang segera dijadwalkan.

Ia juga menambahkan bahwa meskipun sempat terjadi lonjakan okupansi hotel hingga 70 persen selama libur Lebaran, kondisi itu hanya bersifat sementara. Setelah libur usai, tingkat hunian kembali menurun drastis.

Menghadapi situasi ini, PHRI NTB berencana menggelar audiensi dengan Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, guna menyampaikan kondisi industri perhotelan dan mencari solusi bersama.

“Pemprov perlu mengetahui kondisi riil di lapangan. Beberapa hotel sudah menyampaikan kemungkinan akan melakukan PHK,” ujar Wolini.

Ia berharap pemerintah daerah turut mendukung sektor perhotelan yang kini terdampak minimnya kegiatan pemerintah dan turunnya daya beli masyarakat. Wolini juga menyoroti bahwa situasi ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara lain yang melakukan efisiensi di sektor pariwisata akibat dinamika ekonomi global.

“Kalau hotel ramai, dampaknya besar bagi banyak pihak, termasuk pemasok bahan baku. Saat ini, semuanya ikut terimbas,” pungkasnya. (bul)

Artikel Yang Relevan

Iklan










Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut