26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiPotensi Ekonomi Kelautan dan Perikanan NTB Triliunan Rupiah, Solusi Mengentaskan Kemiskinan

Potensi Ekonomi Kelautan dan Perikanan NTB Triliunan Rupiah, Solusi Mengentaskan Kemiskinan

Lombok (ekbisntb.com) – Sektor kelautan dan perikanan di Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki potensi ekonomi yang sangat besar, diperkirakan mencapai triliunan rupiah. Potensi ini dapat menjadi kunci untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah pesisir, asalkan dikelola secara serius dan kolektif.

Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, H. Muslim, ST., M.Si, menurut hasil kajian, potensi ekonomi dari sektor kelautan perikanan yang hanya di Samota Sumbawa saja sudah mencapai seteriliunan.

- Iklan -

“Kalau se NTB bisa (mencapai Rp10 triliun),” ujarnya.

Diterangkan Muslim, laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) subsektor kelautan dan perikanan yang menunjukkan tren positif. Pada tahun 2023, PDRB sektor ini melonjak dari 2,6% menjadi lebih dari 4%, sebuah peningkatan yang hampir dua kali lipat. Kenaikan ini, menurut Muslim, didorong oleh aktivitas hilirisasi dan pengolahan hasil perikanan, seperti yang dilakukan oleh pabrik tuna yang beroperasi di Lombok Timur.

“Pabrik tuna yang baru beroperasi sekitar 1,5 tahun, telah memberikan kontribusi signifikan. Mereka menyerap lebih dari 280 tenaga kerja dan mengolah tuna mentah seharga Rp40-45 ribu per kilo menjadi produk ekspor dengan nilai jual yang jauh lebih tinggi,” katanya, Selasa, 12 Agustus 2025.

Sayangnya, sebagian besar komoditas tuna dari NTB masih diekspor dalam bentuk bahan mentah atau gelondongan, yang menyebabkan hilangnya nilai tambah. Muslim menyebutkan bahwa 70% bahan baku pabrik pengolahan tuna di Benoa, Bali, bahkan berasal dari NTB. Oleh karena itu, penting untuk mendorong lebih banyak investasi hilirisasi di dalam daerah agar potensi ekonomi ini dapat dinikmati oleh masyarakat NTB secara langsung.

Selain tuna, NTB juga memiliki potensi besar pada komoditas lain seperti garam dan rumput laut.

Pada tahun 2023, produksi garam NTB mencapai lebih dari 200.000 ton, jauh melebihi kebutuhan konsumsi daerah yang hanya sekitar 46.000 ton per tahun. Muslim menyoroti pentingnya hilirisasi garam, terutama untuk kebutuhan industri.

“Pemerintah pusat telah membangun pabrik garam di Bima yang memiliki kapasitas produksi 24 ton per hari untuk diolah menjadi garam industry dan konsumsi. Namun, manajemen dan operasional pabrik ini harus dikelola dengan baik agar bisa berjalan optimal,” jelasnya.

Sementara itu, NTB menghasilkan sekitar 800.000 ton rumput laut per tahun. Namun, sebagian besar komoditas ini dikirim dalam bentuk gelondongan ke Sulawesi Selatan dan NTT karena kurangnya pabrik pengolahan yang memadai di NTB.

Ini belum termasuk hasil-hasil kegiatan budidaya dan tangka sektor kelautan perikanan lainnya seperti mutiara, udang vaname, perikanan air tawar, dan lainnya.

Meskipun memiliki potensi ekonomi yang melimpah, banyak masyarakat pesisir NTB masih hidup dalam kemiskinan. Muslim mengidentifikasi beberapa penyebab utama. Diantaranya, Pola hidup yang tidak produktif sepanjang tahun. Banyak nelayan hanya produktif selama 6-8 bulan. Sisa waktu lainnya tidak dimanfaatkan secara optimal.

Literasi keuangan yang rendah. Dimana pendapatan yang diperoleh sering kali habis untuk kebutuhan konsumtif, bukan untuk investasi atau menabung. Dukungan program yang tidak tepat sasaran: Bantuan atau program yang diberikan sering kali tidak berkelanjutan dan hanya menyentuh aspek dana, bukan aspek pengembangan keahlian atau mentalitas.

Muslim menekankan bahwa mengentaskan kemiskinan di sektor kelautan dan perikanan membutuhkan pendekatan yang terintegrasi. Dinas Kelautan dan Perikanan NTB telah memiliki data 16.700 jiwa yang masuk dalam kategori kemiskinan ekstrem di kawasan pesisir NTB.

“Kami ingin mewujudkan target zero kemiskinan ekstrem pada tahun 2029 sebagaimana target yang pak gubernur (Lalu. Iqbal). Karena sudah ada data by name by address, intervensi kedepannya bisa dilakukan lebih tepat sasaran,” kata Plt. Kepala Biro Perekonomian Setda NTB.

Caranya adalah dengan berkolaborasi bersama seluruh pihak, termasuk NGO dan sektor swasta, untuk mengimplementasikan program yang tepat sasaran.

“Saya sudah mengumpulkan seluruh NGO untuk melaksanakan program yang searah dengan program pemerintah daerah. supaya tujuannya sama,” tambahnya.

Strategi yang diusulkan mencakup, penguatan literasi keuangan, yaitu melatih masyarakat untuk mengelola pendapatan dengan lebih baik.

Mendorong ekonomi produktif berbasis sumber daya lokal dengan menciptakan program-program yang memungkinkan masyarakat mengolah hasil laut menjadi produk bernilai jual tinggi.

Membangun kesadaran kolektif dan komunitas dengan mendorong masyarakat untuk membentuk komunitas yang kuat dan saling mendukung. Memberikan insentif dan kemudahan-kemudahan bagi investor yang melakukan hilirisasi di dalam daerah.

Muslim menegaskan bahwa dukungan kebijakan dan perencanaan yang matang menjadi kunci. Pemerintah harus memetakan potensi dan membuat skenario yang jelas, mengarahkan anggaran ke sektor yang strategis, dan memastikan infrastruktur seperti konektivitas dan layanan publik memadai.

Dengan potensi ekonomi triliunan rupiah yang didukung oleh sumber daya alam melimpah, NTB memiliki peluang besar untuk mengentaskan kemiskinan. Kuncinya terletak pada kolaborasi semua pihak, penguatan hilirisasi, dan perbaikan literasi keuangan masyarakat agar mereka dapat merasakan manfaat ekonomi secara berkelanjutan.(bul)

Artikel Yang Relevan

Iklan












Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut