26.5 C
Mataram
BerandaNTBBelajar dari JFC, NTB Didorong Gelar Event Kolaborasi

Belajar dari JFC, NTB Didorong Gelar Event Kolaborasi

Lombok (ekbisntb.com) – Pemerhati Kebudayaan sekaligus Film Maker, Muhammad Nursandi, menilai Jember Festival Carnaval (JFC) yang baru saja digelar dapat menjadi inspirasi penting bagi daerah lain, termasuk NTB, untuk menyelenggarakan festival berskala dunia melalui konsep kolaborasi kebudayaan.

JFC, yang sudah digelar sebanyak 23 kali sejak pertama kali diadakan pada 2003, memadukan seni fashion dengan tiga seni lainnya, yakni tari, musik, dan seni pertunjukan. Perpaduan tersebut menjadikan JFC sebagai salah satu festival terbesar di dunia dan menempati peringkat keempat festival internasional.

- Iklan -

“Setiap tahun JFC mengusung tema berbeda. Mereka menggabungkan genre fashion lokal, nasional, hingga internasional. Bahkan pernah mengangkat tema gypsy, punk, cowboy, sampai perpaduan fashion Indonesia–Jepang. Ini menunjukkan bahwa JFC tidak pernah monoton,” ungkap Nursandi dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu, 13 Agustus 2025.

Menurutnya, JFC memberikan pelajaran bahwa kebudayaan, khususnya fashion, tidak bisa lagi dipandang sebagai pertunjukan satu entitas tunggal. Jember, yang masyarakatnya terdiri dari pendatang dari berbagai daerah, justru memanfaatkan keberagaman itu untuk menampilkan pertunjukan global, alih-alih fanatisme kebudayaan lokal semata.

“Kita harus mengevaluasi cara pandang lama yang terlalu menonjolkan satu budaya saja. Dunia sekarang terhubung lewat internet dan saling memengaruhi. Jika ingin mendunia, kebudayaan lokal harus mau berkolaborasi,” jelasnya.

Nursandi menekankan, potensi fashion lokal NTB perlu ditampilkan secara variatif dan dikombinasikan dengan seni musik, tari, serta pertunjukan. Konsep ini, katanya, dapat menjadi cikal bakal Lombok Festival Carnaval yang memiliki gaung internasional.

“Jargon kolaborasi, bukan kompetisi, sangat relevan. Kita bisa tetap menjaga keaslian budaya, tapi juga membuka diri terhadap budaya lain. Dunia kini tidak lagi dipahami sebagai pusat dan cabang, melainkan saling ketergantungan, termasuk di bidang kebudayaan,” paparnya.

Ia menambahkan, NTB sudah memiliki modal awal, seperti festival fashion di Pringgesela, Lombok Timur. Tinggal bagaimana memperkaya kegiatan itu dengan sentuhan berbagai ragam seni dan fashion dari seluruh wilayah NTB.

“Kalau ini bisa dilakukan, mimpi NTB Makmur Mendunia yang sering digaungkan Miq Iqbal bukanlah hal yang mustahil,” ujar Sutradara Perempuan Sasak Terakhir ini. (ham)

Artikel Yang Relevan

Iklan












Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut