Lombok (ekbisntb.com) – Dinas Pertanian (Distan) Lombok Barat (Lobar) berupaya memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui berbagai sumber yang ada. Salah satunya dengan mengoptimalkan semua Rumah Potong Hewan (RPH). Lebih-lebih target yang dibebankan naik dua kali lipat. Selain untuk menggenjot PAD pembenahan RPH ini sebagai bagian penyiapan pengajuan Nomor Kontrol Veteriner (NKV).
Kepala Distan Lobar Damayanti Widyaningrum dikonfirmasi saat turun membersihkan RPH di Kediri bersama jajarannya, Jumat 11 April 2025 menyampaikan bahwa pihaknya telah bergerak ke empat RPH milik daerah yang tersebar di Lembar, Gunungsari, Lingsar dan Gunungsari. “Kita turun untuk bersih-bersih, pertama menyiapkan Hari Raya Qurban dan dalam rangka optimalisasi PAD,” katanya.

Untuk optimalisasi PAD ini, perlu RPH sebagai sumber penyumbang harus bersih, sehingga lebih banyak pemotongan dilakukan di RPH tersebut. Dari empat RPH yang ada, RPH di Kediri salah satu yang belum terlalu optimal. RPH ini sebenarnya banyak peminat, hanya saja sekarang menurun hanya satu ekor sehari, bahkan tidak ada sama sekali. Itu disebabkan salah satunya tukang jagalnya meninggal. Di samping ada faktor-faktor lainnya.
“Padahal dulu bisa mencapai 4-5 ekor per hari bahkan pembeli tidak saja dari Lobar namun dari Loteng juga beli kemari,”imbuhnya.
Bahkan di RPH ini satu-satunya yang memotong kerbau, sehingga warga bergama Hindu membeli daging di sini. Karena itulah, pihaknya berupaya memaksimalkan RPH ini. Langkah lain yang dilakukan mengoptimalkan RPH, pihaknya akan mengumpulkan semua jagal yang bersertifikat untuk berkomunikasi agar mereka mau memotong di RPH tersebut.
Selain itu, pembenahan RPH ini juga dalam upaya melengkapi syarat mendapatkan NKV. Sebab ketentuannya, RPH harus memiliki NKV. RPH swasta di Lobar juga menjadi perhatian pihaknya, di mana jumlahnya empat titik. Dari RPH ini sendiri, target PAD yang ditetapkan mencapai Rp80 juta lebih, dinaikkan menjadi Rp100 juta.
Sumber PAD lain di Distan, untuk tahun ini target PAD Distan dinaikkan dua kali lipat dari tahun lalu mencapai Rp510 juta menjadi Rp1.050.000.000. Ia pun optimis target itu bisa tercapai, sebab melihat capian tahun lalu 92,2 persen. Sebenarnya bisa mencapai 100 persen, namun dikurangi biaya operasional. Di samping itu, pihaknya akan mengelola 12-15 hektar lahan untuk menghasilkan PAD. “insyaallah bisa tercapai,” imbuhnya. Sektor sumber PAD yang digarap juga adalah hasil penjualan bibit di Balai Benih Utama, perkebunan dan penghasilan lain-lain yang sah. (her)