spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaKesehatan12 Ribu Pasien Sakit Ginjal NTB, Dirut RSUP NTB : Bukan Karena...

12 Ribu Pasien Sakit Ginjal NTB, Dirut RSUP NTB : Bukan Karena Makanan Kemasan

Belakangan ini penyakit ginjal dan cuci darah jumlahnya semakin banyak. Bahkan, banyak anak dibawah umur harus rutin cuci darah akibat terkena gagal ginjal. Fenomena anak cuci darah ini dikait-kaitkan dengan dampak mengonsumsi makanan kemasan yang diperjual belikan bebas.

Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB, dr. Lalu Herman Mahaputra mengatakan, sebanyak 12.000 pasien sakit ginjal di NTB bukan karena makanan kemasan, tapi ada faktor lain yang menyebabkan penyakit tersebut seperti halnya keturunan dan infeksi.

- Iklan -

“Faktor itu memang dari bawaan lahir, ada memang karena kasus-kasus kanker yang merusak ginjal itu sendiri, makanya terjadilah penyakit ginjal yang membutuhkan cuci darah,” Jum’at, 9 Agustus 2024.

Meski demikian, dokter yang kerap disapa dr. Jack ini menghimbau untuk perlu menghindari makan-makanan kemasan yang terindikasi mengandung kandungan makanan yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal, seperti makanan mengandung garam dan gula yang tinggi, makanan bersoda, alkohol.

“Tapi memang sebaiknya makan-makanan itu jangan berlebihan. Boleh, tapi jangan berlebihan. Tapi bukan itu faktornya,” lanjutnya.

Sejauh ini, berdasarkan data yang dihimpun oleh RSUP NTB, terdapat 12.000 pasien penderita penyakit ginjal di NTB. Dari 12.000 pasien tersebut, tidak semua pasien rutin melakukan cuci darah.
Untuk rentan usia sendiri, penyakit ginjal di NTB kebanyakan merupakan usia dewasa. Di tahun 2024, hanya ada tiga anak yang terkena penyakit ginjal dan rutin cuci darah. Sedangkan di tahun sebelumnya, ada empat orang anak terkena penyakit ginjal.

“11-12 ribu diseluruh NTB, itu bukan pasien baru, itu gabungan pasien lama dengan pasien baru. Anak-anak tidak banyak, sampai bulan Agustus 2024 baru tiga orang anak yang cuci darah,” katanya.
Menurut dr. Jack, seluruh puskesmas yang ada di NTB wajib mensosialisasikan bahayanya penyakit ginjal. Sehingga masyarakat mulai memperhatikan dan menjaga kesehatan ginjalnya.

“Sosialisasi pencegahan itu oleh puskesmas, kalau kita sendiri kuratif atau mengobati. Promosi dan preventif itulah orang-orang puskesmas yang turun kebawah,” imbuhnya. (era)

Artikel Yang Relevan

Iklan






Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut