Mataram (Ekbis NTB) – Catatan ekspor NTB terus didominasi komoditas hasil galian (pertambangan). Sementara persentase ekspor komoditas non tambang tercatat masih kecil. Pemerintah di daerah ini bertekad untuk terus mendorong peningkatan ekspor komoditas non tambang potensial.
Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Baiq. Nelly Yuniarti menyampaikan tekadnya untuk terus memperbesar kue ekspor non tambang NTB. Bekerjasama dengan para stakeholder, diantaranya Bank Indonesia, atase perdagangan di luar negeri. Dan para pihak terkait lainnya. Baiq. Nelly tak menampik, selama ini NTB kecolongan.
Komoditas-komoditas potensial non tambangnya di kirim ke luar negeri oleh buyer luar daerah. jadilah komoditas ekspor tersebut atas nama daerah lain. Bukan atas nama NTB yang merupakan sumber produksi/bahan bakunya. “Selama ini kita memang kecolongan. Sekarang, secara SKA (Surat Keterangan Asal) sudah naik 20 persen, atas nama SKA NTB. Kita sudah menarik komoditas ekspor tersebut sudah atas nama NTB di luar negeri. Ini yang kita lakukan terus. Supaya barang-barang kita yang ke luar negeri itu membawa nama NTB langsung,” ujarnya.
Beberapa komoditas non tambang potensial NTB yang diyakini bisa ditingkatkan ekspornya ini diantaranya, kopi, rumput laut. Ada juga jagung, namun kendala mendorong ekspor jagung adalah harga dalam negeri. “Saat harga dalam negeri bagus, petani enggan menjualnya ke luar. Sehingga ekspor dijadikan second line (pilihan kedua),” ujarnya.
Ada juga potensi vanili organik yang digarap pengembangannya oleh Bank Indonesia. Menurutnya, setelah vanili organic Nusa Tenggara Barat diekspor, tingkat kepercayaan buyer di luar negeri meningkat terhadap komoditas daerah ini. Apalagi vanili organik NTB dikenal kualitasnya. Sehingga banyak buyer-buyer dari luar negeri yang datang mencari vanili ke daerah ini.
“Ekspor ini adalah branding daerah kita. Semakin banyak kita ekspor dan semakin luar jangkauan negara ekspor kita, daerah kita makin dikenal di berbagai belahan dunia,” imbuhnya. Begitu juga kerajinan ketak yang sudah berjalan ekspornya. Pemerintah di NTB juga melirik gula aren untuk ekspor. Mengingat potensi produksinya cukup besar dan sangat diminati di luar negeri.
Baiq. Nelly menambahkan, yang tak kalah besar potensinya adalah hasil perikanan, baik budidaya maupun tangkap. “Kita sudah punya cold storage, kita sudah punya Pelabuhan Perikanan Awang. Untuk mendorong ekspor semua komoditas potensial ini, kerjasama kita tingkatkan. Dengan Bank Indonesia, dengan atase perdagangan, dan lainnya. Karena kita terkendala anggaran kalau mau mengikuti misi dagang di luar negeri,” demikian Baiq. Nelly.
Berdasarkan keterangan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB, Wahyudin, nilai ekspor NTB pada Bulan Februari 2024 sebesar US$ 230,71 Juta, mengalami kenaikan sebesar 24,90 persen dibandingkan Bulan Januari 2024. Nilai ekspor Bulan Februari 2024 yang terbesar ditujukan ke Cina sebesar 67,46 persen, berikutnya Jepang sebesar 32,38 persen kemudian India yaitu sebesar 0,07 persen.
Sementara kelompok komoditas ekspor Provinsi NTB yang terbesar pada Bulan Februari 2024 adalah Barang Galian/Tambang Non Migas sebesar US$ 229.894.817 (99,65 persen), Garam, Belerang, Kapur sebesar US$ 333.265 (0,14 persen), Perhiasan/Permata sebesar US$ 235.580 (0,10 persen), Berbagai Produk Kimia sebesar US$ 161.800 (0,07 persen), serta Biji-bijian berminyak sebesar US$ 52.757(0,02 persen). (bul)