spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaBlogHarga Komoditas Pangan Naik, Bank Indonesia Ingatkan Masyarakat, Jangan ”Panic Buying”

Harga Komoditas Pangan Naik, Bank Indonesia Ingatkan Masyarakat, Jangan ”Panic Buying”

Mataram (Ekbis NTB) – Masyarakat diminta tidak belanja secara berlebihan (borong) karena merasa khawatir ketiadaan stok (panic buying), terutama pada komoditas pangan, salah satunya beras. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry A Harahap usai melakukan rapat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Ruang Rapat Utama Kantor Perwakilan Bank Indonesia, Jumat, 1 Maret 2024. Rapat ini dihadiri seluruh unsur TPID di NTB, dan para stakeholder terkait.

Panic buying adalah fenomena di mana orang secara berlebihan membeli barang-barang, terutama dalam situasi darurat atau ketidakpastian. Dampak dari panic buying dapat sangat signifikan dan mempengaruhi masyarakat serta perekonomian. Beberapa akibat dari panic buying diantaranya.

- Iklan -

Kecemasan massal. Ketika orang melihat orang lain memborong barang, mereka cenderung ikut panik dan membeli lebih banyak daripada yang sebenarnya mereka butuhkan. Kekurangan Produk. Ketika banyak orang membeli lebih banyak dari biasanya, stok barang dapat habis dengan cepat, meninggalkan orang lain yang membutuhkannya tanpa pilihan.

Panic buying mengakibatkan pemborosan uang dan sumber daya. Kenaikan Harga (Inflasi), permintaan yang tiba-tiba dan berlebihan dapat menyebabkan kenaikan harga yang signifikan. Ketika banyak orang membeli barang secara bersamaan, penjual dapat menaikkan harga untuk memanfaatkan situasi ini.

Fenomena panic buying dapat menyebabkan ketidakstabilan pasar. Perubahan permintaan yang tiba-tiba dapat memengaruhi pasokan dan harga, yang pada gilirannya mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan. Sehingga penting untuk tetap tenang dan bijaksana dalam membeli barang.

Berry menegaskan, harga beras akan berangsur-angsur stabil. Maret sudah mulai memasuki masa panen, meskipun belum panen raya.

Alhmdllah kita akan masuk masa panen padi. Masalah naiknya harga beras akan terurai, sehingga April akan kembali normal,” katanya. Hanya saja, beberapa komoditas hortikultura yang kemungkinan masih tinggi harganya adalah cabai dan bawang merah. Pada bulan Ramadhan, konsumsi masyarakat akan meningkat. Sebagaimana tradisi di Indonesia.

Untuk itu, Bank Indonesia bersama stakeholder akan tetap melakukan operasi pasar, bazar, melibatkan petani kelompok binaan penghasil cabai dan bawang merah. “Dengan operasi pasar, kita ingin ingatkan masyarakat jangan khawatir soal stok. Jangan panic buying karena barangnya ada,” tambahnya.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk mengendalikan diri, misalnya untuk penggunaan cabai sementara waktu dapat menggunakan alternatif cabai kering yang lebih tahan lama. “Menggunakan cabai ndak mesti harus cabai segar untuk menekan lonjakan permintaan. Sudah ada alternatifnya menggunakan cabai kering. Supaya harga cabai segar ini tidak terus-terusan naik. Kalau kita sama sama bisa mengendalikan konsumsi, inflasi kita juga bisa aman,” demikian Berry.

Bupati Kabupaten Sumbawa, Mahmud Abdullah yang hadir mengikuti kegiatan ini juga menyampaikan, beberapa wilayah di Kabupaten Sumbawa sudah mulai panen padi. Sekitar 32 hektar untuk tahap awal, jika disetarakan dengan beras, 1 hektar menghasilkan 6 ton, hasil total produksi awal diperkirakan 192 ton beras.

“Di wilayah Sumbawa yang sudah panen itu, di Lunyuk, Alas, Buer, Puri. Insya Allah aman, asal tidak terjadi hal hal yang mengkhawatirkan umpamanya banjir ini yang kita jaga,” ujar Bupati. Dengan potensi panen ini, Kabupaten Sumbawa yang dikenal sebagai lumbung padi NTB tak khawatir ketersediaan pangan. Hasil panen inipun belum ditambah dengan bantuan pangan (bapang) yang sudah digelontorkan pemerintah. Sehingga diyakini harga beras terjaga, dan inflasi terjaga.

“Di daerah mana kira-kira inflasinya meningkat kita bisa kejar, kita bisa intervensi. Seperti sekarang ini harga beras (tinggi, red), kita sedang bergerak. Bahkan sudah operasi pasar juga di semua kecamatan,” jelasnya.

Operasi pasar murah dan bantuan pangan yang digelontorkan diharapkan dapat menekan harga beras di pasar. Ditambah sudah mulai panen, maka tidak menutup kemungkinan harga beras stabil. (bul)

Artikel Yang Relevan

Iklan






Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini