Lombok (ekbisntb.com) – Wakil Walikota Mataram, TGH. Mujiburrahman akan melakukan lobi ke daerah yang surplus bahan pangannya. Tujuannya agar memenuhi ketersediaan barang pokok di Kota Mataram. “Kita akan optimalkan kerjasama antara daerah untuk melobi daerah yang surplus pangan,” terangnya dikonfirmasi kemarin.
Tim Pengendali Inflasi Daerah terdiri dari Dinas Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, Bank Indonesia, Badan Urusan Logistik serta aparat kepolisian akan turun memantau ketersediaan harga serta stok barang pokok di pasar tradisional.
Hasil pemantauan ini kata Wawali, akan diambil langkah implementatif untuk memasok harga guna menekan harga. “Kita lakukan high level meeting untu semua anggota untuk mengambil langkah implementatif,” terangnya.
Orang nomor dua di Kota Mataram mengakui, harga cabai rawit,tomat, cabai merah, dan cabai keriting, dan bawang merah mahal dipicu faktor cuaca. Demikian juga, harga telur ayam juga tidak mengalami masih mahal sejak beberapa bulan terakhir.
Mujib berharap daerah yang surplus pangan seperti Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Barat dan daerah lainnya memprioritaskan Kota Mataram untuk distribusi barang pokok tersebut.
Kepala Bidang Barang Pokok dan Penting pada Dinas Perdagangan Kota Mataram, Sri Wahyunida menjelaskan, dari hasil survey di sejumlah pasar tradisional di Kota Mataram bahwa produk hortikultura seperti cabai rawit, tomat, cabai merah, bawang merah dan lain sebagainya mengalami kenaikan signifikan. Misalnya, kenaikan harga cabai rawit sangat fluktuatif mulai dari Rp80 ribu-Rp90 ribu perkilogram. Sedangkan, tomat harga Rp20 ribu perkilogram dari harga sebelumnya Rp8 ribu perkilogram. Cabai keriting dari Rp50 ribu-Rp75 ribu perkilogram. “Memang ada kenaikan signifikan tetapi fluktuatif,” terangnya.
Faktor utama kenaikan harga komoditi dipengaruhi oleh cuaca serta pasokan sangat minim dari Kabupaten Lombok Timur, sehingga tomat yang beredar di pasar tradisional didatangkan dari Pulau Bali dan Pulau Jawa. Bencana alam yang terjadi di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa sangat berpengaruh signifikan terhadap distribusi barang serta gagal panen.
Nida membantah bahwa kenaikan barang pokok ini, bukan disebabkan adanya rencana kenaikan pajak penghasilan nilai oleh pemerintah pusat. “Kalau ini tidak ada kaitannya, karena bapok tidak masuk dalam pajak,” tegasnya.
Strategi dilakukan untuk menekan gejolak harga adalah melakukan survey di pasar pantauan selanjutnya data dikoordinasikan ke Dinas Perdagangan Provinsi NTB, untuk mengantisipasi gejolak harga. Khusus cabai rawit kata Nida, banyak berasal dari Kabupaten Lombok Timur, sehingga saat harga melonjak seperti saat ini, distributor diharapkan tidak mengirim ke luar daerah dibatasi karena harga cabai di Pulau Jawa di atas Rp100 ribu perkilogram. “Kita berharap kebutuhan cabai di daerah terisi dulu,” harapnya. (cem)