PROGRAM pemerintah untuk meningkatkan mutu dan populasi ternak melalui program Inseminasi Buatan (IB) terus digalakkan. Animo warga pun cukup tinggi untuk mendapatkan pelayanan kawin suntik ini, karena waktu lebih efisien untuk mendapatkan hasil. Akan tetapi kendala dihadapi di lapangan, Nitrogen (N2) cair untuk media penyimpanan semen baku tidak ada sejak beberapa pekan terakhir.
Akibatnya, pelayanan IB ke ternak pun tidak bisa dilakukan oleh petugas IB. Di Lombok Barat (Lobar) misalnya, hampir tiga pekan terakhir belum ada distribusi nitrogen semen beku dari dinas bagi para petugas IB. Itu menyebabkan petugas tidak bisa turun melayani permintaan warga untuk IB ternak. Mohri, salah seorang petugas IB di Desa Sekotong Tengah mengakui sejauh ini pelaksanaan IB berjalan lancar.
“Hanya saja kendala saat ini N2 cair untuk media penyimpanan semen atau bibit. Kalau yang lain lancar, antusias peternak lumayan,” ujarnya, Minggu 9 Juni 2024.
N2 cair ini diadakan langsung oleh pemerintah, di mana pihak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi NTB memberikan kepada Pemkab Lobar lalu didistribusikan ke petugas. Biasanya, N2 ini satu paket dengan bibit (semen beku). Akan tetapi sejak beberapa pekan terakhir, N2 cair ini tidak ada.
Bantuan N2 dan bibit ini merupakan bantuan dari kegiatan yang dinamakan SIKOMANDAN (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri). Program ini sebagai salah satu upaya peningkatan kelahiran melalui Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB) tahun 2015 – 2016, dilanjutkan lagi dengan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) pada tahun 2017 – 2019, dan disempurnakan menjadi kegiatan SIKOMANDAN mulai tahun 2020. Informasinya, program ini terhenti, sehingga N2 dan bibit pun langka.
Menurutnya, kalau tidak tidak ada N2 cair tersebut, petugas IB tidak bisa melakukan pelayanan IB, karena itu menjadi pengawet bibit agar tidak mati. “Kalau ndak ada N2, tidak bisa melakukan IB, sudah 3 minggu ini ndak ada,” ujarnya.
Ia mengaku belum tahu apa penyebab, sehingga N2 ini tidak ada. Pihaknya sangat berharap agar N2 cair dan bibit ini diturunkan oleh pemerintah, karena animo warga untuk IB lumayan tinggi. Namun semenjak N2 cair Semen beku tidak ada, ia tak bisa melayani peternak intim melakukan IB ternaknya.
Dalam satu bulan, kadang bisa melayani sampai 50-100 ekor, tergantung musim birahi ternak sapi. Dimana ia melayani dua wilayah kerja, Yakni Desa Sekotong Tengah dan Cendi Manik. Untuk tingkat keberhasilan IB ini, lumayan mencapainya 75 persen,sedangkan 25 persen tingkat kegagalannya. Untuk upah atau insentif bagi petugas IB, pada tahun 2017 sejak dimulai mulai Program SIWAB kemudian dilanjutkan SIKOMANDAN dihitung honor petugas dari pemerintah.
Satu ekor sapi dihitung, untuk IB dibayar Rp30 ribu, Pemeriksa Kebuntingan (PKB) Rp20 ribu, kelahiran Rp20 ribu. Dari sini lah petugas IB juga mendapatkan sekadar tambahan (insentif). “Kalau peternak gratis, tidak bayar,” imbuhnya.
Namun sangat disayangkan, menurut informasi sementara program ini berakhir. “Padahal dari para peternak, yang sering IB ternaknya sangat bersyukur lebih-lebih ini gratis,”ujarnya.
Sementara itu, Lalu Zuliadi selaku Kepala UPT Puskeswan Wilayah Selatan melingkupi tiga Kecamatan Gerung, Sekotong dan Lembar mengatakan, N2 tersebut diperoleh dari provinsi. Di provinsi masih kesulitan bahan baku untuk pengadaan N2. “Sedang kesulitan untuk pengadaan (N2) di provinsi,” jelasnya.
Mensiasati itu, para petugas pun sampai harus urunan swadaya membeli N2 dari perusahaannya. Namun lagi-lagi kendalanya, alat di perusahaan itu sedang rusak, sehingga tidak bisa memproduksi N2. “Jadinya itu kendala kita,”imbuhnya.
Sementara bibit itu harus membutuhkan N2 tersebut, sebab kalau tidak ada itu maka bibit tersebut mati dan petugas IB pun tidak bisa melakukan pelayanan IB terhadap ternak peternak. (her)
Artikel lainnya….
KPU Lotim Salurkan Santunan Rp238,5 Juta