Mataram (ekbisntb.com) – Kementerian Sosial Republik Indonesia menggelontorkan triliunan anggaran untuk penanganan kemiskinan di Provinsi NTB.
Kepala Dinas Sosial Provinsi NTB, Dr. H. Ahsanul Khalik.,S.Sos.,MH mengatakan, dana yang mengucur ke NTB mencapai Rp2,5 triliun. Dirincikannya, untuk Program Keluarga Harapan (PKH), Kemensos menggelontorkan Rp1 triliun, bantuan non tunai Rp1,3 triliun, dan bantuan-bantuan program lainnya.
“Sekitar Rp2,5 triliun setahun. Itu baru dari Kemensos saja. Belum Kementerian dan lembaga lainnya,” jelas Dr. AKA, sapaan akrabnya.
Anggaran kemiskinan dari Kemensos ini langsung masuk ke penerima manfaat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin di NTB pada Maret 2024 sebesar 12,91 persen, menurun 0,94 persen poin terhadap Maret 2023 dan menurun 0,91 persen poin terhadap September 2022.
Jumlah penduduk miskin di NTB pada Maret 2024 sebesar 709,01 ribu orang, berkurang 42,22 ribu orang terhadap Maret 2023 dan berkurang 35,68 ribu orang terhadap September 2022.
Persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret 2023 sebesar 13,76 persen, turun menjadi 12,86 persen pada Maret 2024. Sementara persentase penduduk miskin perdesaan pada Maret 2023 sebesar 13,95 persen, turun menjadi 12,95 persen pada Maret 2024.
Dibanding Maret 2023, jumlah penduduk miskin Maret 2024 perkotaan turun sebanyak 14,99 ribu orang (dari 383,53 ribu orang pada Maret 2023 menjadi 368,54 ribu orang pada Maret 2024). Sementara itu, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin perdesaan juga turun sebanyak 27,23 ribu orang (dari 367,70 ribu orang pada Maret 2023 menjadi 340,47 ribu orang pada Maret 2024).
Menurut Dr. AKA, tantangan penanganan kemiskinan menjadi besar, karena kelemahan masyarakat perilaku miskin masyarakat masih tinggi.
“Walaupun seharusnya sudah dikeluarkan oleh pihak desa dari data kemiskinan, ada masyarakat kita yang nggak mau. Sehingga kerap kali terjadi perselisihan pihak desa / kelurahan selaku pihak pertama yang mengeluarkan dan memasukkan data dengan masyarakat. Memang tidak sederhana untuk menurunkan angka kemiskinan,” tambahnya.
Kendati demikian, Pemerintah Provinsi NTB khususnya, dalam hal ini tetap mengupayakan konsep untuk penanganan kemiskinan di daerah. Salah satu upaya dilakukan adalah pendekatan keluarga. Yakni dengan mengambil masyarakat yang miskin dari data terpadu kesejahteraan sosial, kemudian diintervensi untuk diberikan bantuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
“Kalau anaknya butuh sekolah, maka sekolahnya harus dibantu, kalau orang tuanya punya keterampilan yang laki bisa pertukangan. maka kita bisa bantu alat pertukangan. Perempuan atau ibunya bisa bikin kue, kita bantu alat alat bikin kue,” jelasnya.(bul)