Lombok (ekbisntb.com) – Bank Indonesia (BI) Perwakilan NTB terus berupaya meningkatkan produktivitas pertanian pangan di daerah dengan menerapkan Good Agriculture Practice (GAP) atau praktik pertanian terbaik. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah mendukung penanaman padi unggul Gamagora 7 di kabupaten/kota di NTB.
Kepala Perwakilan BI NTB, Berry Arifsyah Harahap, menegaskan dukungan BI ini setelah pemerintah meluncurkan program agroforestry kehutanan sosial secara nasional, termasuk di Provinsi NTB. Kerja sama Kementerian Pertanian dengan Kementerian Kehutanan di Desa Kabul, Kecamatan Praya Barat Daya, NTB, dilakukan pada Selasa, 4 Februari 2025.

“Kami menyiapkan 4 ton benih padi Gamagora 7 yang telah didistribusikan sejak Januari 2025. Benih tersebut ditargetkan dapat ditanam di lahan seluas 200 hektare, menjadikannya proyek percontohan pertama di NTB,” ungkap Berry.
Benih padi Gamagora 7 adalah varietas padi yang memiliki produktivitas lebih tinggi dibandingkan padi lain. Salah satu keunggulannya adalah sifat amphibi, yang memungkinkan padi ini bertahan dalam kondisi lahan kering maupun basah. Hal ini membuatnya lebih fleksibel dan tidak harus ditanam di kawasan pegunungan seperti kebanyakan varietas padi gogo lainnya.
“Gamagora ini sudah diuji coba oleh para peneliti di berbagai lokasi. Kami juga sudah menanamnya di Lombok Tengah dan hasilnya menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik. Bahkan, diperkirakan akan memasuki masa panen pada Februari 2025,” ujar Berry.
Keunggulan lain dari varietas ini adalah efisiensi dalam penggunaan benih. Jika padi biasa memerlukan benih dalam jumlah besar, padi Gamagora 7 hanya membutuhkan sekitar 15 kg per hektare karena teknik penanamannya yang lebih hemat, yakni hanya menanam satu biji benih per titik.
Selain itu, benih ini memiliki label ungu, yang menandakan bahwa hasil panennya masih dapat digunakan kembali sebagai bibit berkualitas tinggi, menjadikannya salah satu varietas yang paling banyak dijual di Indonesia sebagai benih. Hasil produksinya juga jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata produksi padi pada umumnya.
Untuk memastikan keberhasilan program ini, BI NTB juga mendatangkan tim peneliti guna memberikan pendampingan teknis kepada petani. Para peneliti tidak hanya memperkenalkan teknik penanaman terbaik, tetapi juga mengedukasi petani tentang penggunaan pupuk organik dan sistem pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture).
“Saya sangat mendukung program ini karena tidak hanya berdampak pada sektor pertanian, tetapi juga sejalan dengan konsep reboisasi produktif tanpa mengesampingkan kesejahteraan masyarakat sekitar, sehingga petani tetap memiliki penghasilan melalui konsep hutan sosial,” tambahnya.
Dengan adanya dukungan penuh dari BI NTB, diharapkan padi Gamagora 7 dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan produksi pertanian di NTB. Jika proyek percontohan ini sukses, luas lahan yang ditanami varietas unggul ini kemungkinan akan diperluas ke daerah lain di NTB untuk memperkuat ketahanan pangan daerah. (don/bul)