Lombok (ekbisntb.com) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bangun Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) di NTB. BNPB beserta dengan BPBD NTB dan jajaran terkait melakukan groundbreaking atau peletakan batu pertama pembangunan Pusdalops di kantor BPBD NTB pada Kamis, 5 Desember 2024.
Tujuan pembangunan ini kare NTB merupakan daerah ring of fire, atau daerah rawan bencana sehingga perlu adanya peningkatan kapasitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk melakukan antisipasi bencana, koordinasi, dan pengendalian ancaman bencana yang ada di daerah.
Kepala Pusdalops BNPB, Bambang Surya Putra, M.Kom., menyatakan pembangunan Pusat Pelayanan Operasi di NTB akan dibangun di empat titik. Tiga kabupaten/kota, dan satu Provinsi.
“Akan dibangun di Kota Mataram, Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Utara, dan satu di Provinsi,” ujarnya dalam sambutannya pada peletakan batu pertama pembangunan Pudalops di BPBD NTB, Kamis, 5 Desember 2024.
Nantinya, akan dibangun Command Center atau pusat pemantauan bencana yang akan difasilitasi dengan teknologi penerimaan informasi bencana dari BMKG dan stakeholder terkait, sarana-prasarana keposkoan sebagai antisipasi ketika terjadi bencana.
“Ketika terjadi bencana pada detik pertama informasi itu diterima oleh Kepala Daerah maka detik itu juga bisa diaktivasi menjadi Posko tanpa menunggu adanya posko daerah sehingga pelayanan menjadi lebih cepat,” terangnya.
Kepala BNPB, Letjen Suharyanto menyatakan pembangunan Pusdalops ini merupakan salah satu upaya Pemerintah RI dalam menanggulangi bencana. Apalagi Indonesia merupakan salah satu negara dengan resiko bencana tertinggi di dunia menempati posisi kelima.
Termasuk dengan Provinsi NTB yang cukup rawan dan kerap kali dilanda bencana. Di tahun 2018 lalu, NTB dilanda gempa bumi yang menyebabkan banyak korban berjatuhan. Meski tidak menyebabkan Tsunami, namun Suharyanto menegaskan pasti akan terjadi bencana serupa dalam 100 atau 200 tahun kedepan.
“Indonesia salah satu negara yang resiko bencana tertinggi. Terutama untuk NTB kita masih ingat 2018 terjadi gempa bumi dan Tsunami kecil. Tapi di sebelahnya (NTT), tahun 1992 terjadi Tsunami besar. 2004, 200 ribu rakyat Indonesia menjadi korban Tsunami Aceh,” ujarnya.
Menurut Suharyanto, pembangunan Pusdalops di beberapa daerah di indonesia, termasuk NTB menjadi sangat penting mengingat tingginya resiko bencana di daerah ini. Ia menyatakan, pembangunan ini akan dilakukan selama 150 hari, atau terhitung lima bulan dengan menggunakan anggaran BNPB yang dipinjam dari Bank Dunia.
“Kalau hanya mengandalkan APBN tentu saja membutuhkan waktu yang lama untuk kita meningkatkan kemampuan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman Tsunami. Sehingga tahun 2020 World Bank bekerja sama dengan BNPB dan BMKG untuk meningkatkan ketangguhan Indonesia menghadapi bencana Tsunami,” jelasnya.
Ia menegaskan, karena anggaran pembangunan ini berasal dari pinjaman. Sehingga ia meminta kepada BPBD NTB beserta BPBD tiga kabupaten/kota untuk melakukan pembangunan sesuai dengan target, yaitu 150 hari.
“Saya mohon dari mulai nanti diletakkan batu pertama penuhi waktunya. Tidak boleh mundur daripada 150 hari. Kalau maju lebih bagus, kualitas juga sesuai dengan standar yang diharapkan,” harapnya. (era)