KETUA Komisi III DPRD Kota Mataram, I Gede Wiska, S.Pt., mendorong DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Kota Mataram menggencarkan pemasaran maggot guna meningkatkan target retribusi dari produksi maggot. ‘’Untuk maggot ini baru berjalan 30 persen. Targetnya kan sampai Rp150 juta per tahun,’’ ungkap Wiska kepada Ekbis NTB melalui sambungan telepon, Minggu 5 Mei 2024.
Untuk mengejar target itu, maka pemasaran maggot itu sendiri perlu digencarkan. Hal ini juga berkaitan dengan sosialisasi maggot baik kepada peternak maupun pembudidaya ikan. ‘’Artinya, berapa persen sih manfaat maggot ini. Artinya keuntungannya,’’ kata dia.
Namun demikian, capaian 30 persen di triwulan pertama, kata Wiska, masih bisa diterima. Tetapi ke depan, Komisi III berharap, target retribusi maggot bisa ditingkatkan hingga Rp100 juta. ‘’Jadi capaian 30 persen dari target Rp50 juta pada start awal ini saya rasa masih bisa diterima,’’ ungkap politisi PDI Perjuangan ini.
Wiska melihat, yang cukup penting dilakukan saat ini adalah bagaimana meningkatkan pemasaran. Dia mengingatkan, jangan sampai ketika produksi maggot besar, tidak bisa diimbangi dengan pemasaran produknya. ‘’Kemarin kan hasilnya sampai 7 ribu boks maggot yang akan dipelihara di maggot center. Itu kan hitungannya per minggu, nanti bisa per hari juga,’’ katanya.
Hal ini dikarenakan produksi sampah organik per hari cukup besar. ‘’Itu yang akan diolah menjadi bubur maggot. Jangan sampai nanti kekhawatiran kita justru di pemasarannya dia lemah. Produksi besar, kelabakan juga nanti. Harus seimbang di situ,’’ kata anggota dewan dari daerah pemilihan Sandubaya ini.
Komisi III menekankan kepada DLH, bahwa dari 60 an tenaga kerja di TPST Sandubaya, termasuk di maggot center, harus ada tenaga pemasaran khusus yang bisa memasarkan maggot tersebut kepada para peternak yang ada di luar Kota Mataram.
Wiska menegaskan bahwa peternak maggot jangan dibebani untuk melakukan pemasaran sendiri. ‘’Mereka itu fokus untuk membesarkan, memberi makan. Untuk pemasarannya harus ada orang khusus,’’ ujarnya. Tenaga pemasaran ini, menurut anggota dewan dua periode ini, harus punya pengetahuan yang cukup. ‘’Artinya keuntungan menggunakan maggot lebih besar ketimbang menggunakan pakan pabrikan,’’ pungkasnya. (fit)