Lombok (ekbisntb.com) – Konflik di Timur Tengah semakin memanas. Selain perang di Palestina, Iran diprediksi akan melakukan serangan balasan ke Israel, pasca tewasnya pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.
Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri bahkan mengimbau masyarakat tidak bepergian ke tiga negara ini, Libanon, Iran, dan Israel. Alasannya supaya tidak terdampak situasi keamanan yang berpotensi memburuk.
Menanggapi kondisi di negara Timur Tengah saat ini, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry A Harahap mengemukakan, imbuan yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri lebih terkait dengan keselamatan warga negara RI.
Dari sisi perekonomian nasional, menurutnya konflik Timur Tengah tidak memiliki dampak yang terlalu besar. Saat ini ekonomi global lebih menyoroti kuatnya permintaan di Amerika Serikat dan lemahnya pertumbuhan di Eropa dan Jepang.
Masalah terakhir ini menyebabkan surutnya modal masuk ke negera2 berkembang termasuk Indonesia dan menguatnya USD, tercermin dari melemahnya nilai tukar termasuk Rupiah.
“Secara ekonomi, dampaknya lemah,” tegas Berry dihubungi di Mataram, Senin 5 Agustus 2024.
Berry melanjutkan, cargo dari negara-negara barat ke timur sudah lama menghindari jalur ini, karena faktor keamanan sehingga tidak ada lonjakan biaya lagi. Selain itu, hubungan ekonomi langsung Indonesia ke negara-negara tersebut menurutnya sangat rendah.
Dikemukakan, perekonomian global diprakirakan tumbuh 3,20% (yoy) sesuai prakiraan didorong oleh Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Pertumbuhan ekonomi AS tetap baik ditopang oleh konsumsi dan stimulus fiskal.
Sementara ekonomi Eropa diprakirakan tumbuh lebih tinggi didorong perbaikan ekspor dan investasi. Di sisi lain, ekonomi Tiongkok belum kuat dipengaruhi oleh lemahnya permintaan domestik.
Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan global yang belum mereda mengakibatkan aliran modal ke negara berkembang relatif terbatas sehingga penguatan respon kebijakan perlu terus dilakukan untuk memitigasi dampak negatif rambatan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2024 sebesar 5,11% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya di tengah masih tingginya ketidakpastian global. Tetap kuatnya pertumbuhan didukung oleh terakselerasinya konsumsi RT seiring dengan momentum HBKN.
Pertumbuhan ekonomi keseluruhan 2024 diprakirakan tetap baik didukung konsumsi rumah tangga dan investasi, serta kinerja ekspor yang meningkat dengan kenaikan permintaan dari mitra dagang utama. Sejalan dengan itu, kredit perbankan tumbuh tinggi sebesar 12,36% (yoy) pada triwulan II 2024, ditopang oleh sebagian besar sektor ekonomi. Sejalan dengan itu, DPK tumbuh kuat (8,45% yoy) dan mendorong pertumbuhan kredit lebih tinggi.
Sementara itu, Ekonomi NTB pada Tw-I 2024 tumbuh sebesar 4,75% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Akselerasi pertumbuhan ditopang oleh kinerja investasi yang juga tumbuh meningkat, serta tetap tingginya konsumsi RT di tengah momentum HBKN Ramadhan.
Pertumbuhan ekonomi pada Tw-II 2024 diperkirakan lebih tinggi sejalan dengan optimalisasi ekspor konsentrat tembaga pasca relaksasi oleh Pemerintah, tercermin dari pertumbuhan ekspor Tw-II 2024 yang sangat signifikan. Lebih lanjut, bergesernya panen raya padi turut mendorong pertumbuhan kinerja sektor pertanian.
Adapun kinerja positif pertumbuhan ekonomi turut didukung oleh stabilitas barang dan jasa. Pada bulan Juni 2024, deflasi kembali terjadi sebesar -0,26% mtm sejalan dengan sumbangan deflasi dari komoditas hortikultura. Adapun inflasi tahunan Provinsi NTB tercatat sebesar 2,12% (yoy), terjaga dalam rentang sasaran 2,5±1%.(bul)