Lombok (ekbisntb.com) – Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Provinsi NTB, Sahlan M. Saleh mengatakan sebagian destinasi pariwisata di NTB belum memenuhi standar sebagai destinasi wisata. Terutama di desa-desa wisata.
Menurutnya, ada dua persoalan utama pariwisata NTB. Pertama keamanan, kedua kenyamanan yang didalamya sudah masuk standar hospitality.
Berbicara hospitality, menurutnya berbicara service excellence (mampu memberikan layanan diatas harapan yang diinginkan).
“Didalam hospitality termasuk, senyum, ramah, selain destinasi wisatanya menarik. sehingga membuat orang merasa nyaman berwisata,” kata Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Provinsi NTB ini.
Secara rinci, Sahlan menjelaskan Hospitality dalam pariwisata adalah segala bentuk keramahan dan pelayanan yang diberikan kepada wisatawan selama mereka berkunjung ke suatu destinasi. Ini mencakup berbagai aspek yang bertujuan untuk membuat pengalaman wisata menjadi menyenangkan dan mengesankan.
Hospitality dalam pariwisata mencakup, Keramahtamahan: Sikap ramah, sopan, dan perhatian terhadap wisatawan, baik dari para pekerja di industri pariwisata maupun masyarakat setempat.
Pelayanan yang baik: Pemberian layanan yang memuaskan, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan wisatawan. Ini meliputi pelayanan di hotel, restoran, transportasi, dan tempat wisata lainnya. Fasilitas yang memadai: Penyediaan fasilitas yang nyaman dan lengkap untuk menunjang aktivitas wisatawan, seperti kamar hotel yang bersih, restoran dengan menu yang beragam, dan tempat rekreasi yang menarik.
Keamanan dan kenyamanan: Menjamin keamanan dan kenyamanan wisatawan selama berada di destinasi wisata. Kebersihan: Menjaga kebersihan lingkungan sekitar, termasuk tempat-tempat wisata, akomodasi, dan fasilitas umum lainnya. Keunikan budaya: Memperkenalkan budaya lokal kepada wisatawan melalui pertunjukan seni, kerajinan tangan, dan kuliner khas.
Beberapa contoh-contoh hospitality dalam pariwisata diantaranya, senyum dan sapaan hangat dari masyarakat/pramuwisata saat menyambut tamu.Memberikan informasi yang jelas dan akurat tentang destinasi. Ramah dan menghibur wisatawan. Akomodasi yang nyaman dan bersih. Fasilitas transportasi yang mudah diakses. Kegiatan budaya yang menarik untuk diikuti wisatawan.
“Yang sudah bagus hospitality-nya Gili Trawangan, Senggigi, dan sebagian Kuta. Kalau masih ada bule yang dibegal, diperkosa misalnya, itu masih jauh dari standar,” ujarnya.
Sahlan secara khusus menyebut desa-desa wisata. Menurutnya juga masih PR besar membuat desa wisata berstandar.
“Ada misalnya menyajikan wisatawan kopi dengan mengaduk kopinya di depan tamu. Bagi wisatawan, itu tidak membuat mereka nyaman. Walaupun di masyarakat lokal itu hal biasa,” katanya.
Masih besarnya PR daerah terkait hospitality ini menurutnya karena lemahnya koordinasi stakeholder untuk membangun destinasi wisata. Apalagi desa-desa wisata pelakunya belajar standar wisata secara otodidak.
“Desa wisata ini cenderung tumbuh sendiri, SDMnya mencari ilmu sendiri tanpa sentuhan. Kebijakan pemerintah terkait standar wisata tidak sampai ke tingkat bawah,” tambahnya.
Karena itu, BPPD NTB mencanangkan kampanye sadar wisata kepada masyarakat, melibatkan stakeholder terkait. Akademisi, praktisi.
“Kita bangun citra pariwisata kita dengan baik, dan kita sampaikan bahwa pariwisata kita sudah bagus. apalagi pariwisata menjadi sektor unggulan penopang ekonomi daerah. kita perkuat hospitality bersama-sama,” demikian Sahlan.(bul)