Lombok (ekbisntb.com) – Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), menyebutkan, realisasi investasi di wilayah Mataram hingga triwulan kedua mencapai sekitar Rp1,1 triliun lebih atau 69,44 persen dari target Rp1,7 triliun.
“Dari 69,44 persen realisasi investasi tersebut terdapat lima sektor dominan pendongkrak investasi dengan realisasi terbesar dari sektor transportasi, gudang, dan komunikasi,” kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Mataram H Amiruddin di Mataram, Kamis.

Ia mengatakan, lima sektor yang mendongkrak investasi di Kota Mataram yaitu pertama sektor transportasi, gudang, dan komunikasi dengan realisasi sebesar 39,12 persen atau Rp684 miliar lebih.
Untuk sektor pertama itu penyumbang paling besar dari XL Axiata dengan nilai investasi mencapai hingga Rp600 miliar.
Kemudian sektor penyumbang kedua dari konstruksi dengan capaian sebesar 8,50 persen atau Rp148 miliar lebih. Kondisi itu didukung karena ada perumahan yang paling banyak.
Bahkan sampai saat ini masih ada empat perumahan yang belum masuk dan sudah mengajukan izin karena masih belum memenuhi syarat.
Sektor ketiga penyumbang investasi terbesar selanjutnya perdagangan reparasi dengan capaian sebesar 6,94 persen atau Rp121 miliar lebih.
Selanjutnya, sektor keempat investasi lainnya bersumber dari treatment air, treatment limbah, treatmen dan pemulihan material sampah dan aktivitas remediasi dengan capaian investasi sebesar 6,36 persen atau Rp111 miliar lebih.
“Terakhir sektor kelima dengan nilai investasi yang cukup tinggi yaitu 5,33 persen atau Rp93 miliar,” katanya.
Amir mengatakan, untuk target investasi di Kota Mataram tahun 2025 ditetapkan sebesar Rp1,7 triliun sampai akhir tahun 2025.
Dengan melihat realisasi itu, target tersebut diprediksi bisa tercapai. Apalagi dengan melihat geliat investasi terus meningkat di Kota Mataram.
“Sekarang ada juga yang masuk di industri makanan. Termasuk Kacang Garuda akan berinvestasi di Kota Mataram,” katanya.
Sementara untuk investasi di sektor perhotelan, lanjutnya, sejauh ini belum ada.
“Sampai saat ini belum ada pengajuan untuk investasi hotel, tapi yang banyak masuk sekarang untuk sektor perdagangan dan jasa,” katanya. (ant)