spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaBisnisKenaikan Harga Cabai Berdampak ke UMKM Produsen Sambal

Kenaikan Harga Cabai Berdampak ke UMKM Produsen Sambal

Mataram (ekbisntb.com)-Kenaikan harga cabai yang melejit secara signifikan dikeluhkan oleh pelaku UMKM yang produksinya menggunakan bahan dasar cabai.

Salah satu pelaku UMKM, Mun’aimul Huda ST. yang memproduksi sambal bawang Ummi mengaku kaget karena kenaikan harga mencapai dua kali lipat.

- Iklan -

“Sempat kaget juga, karena harga cabai yang tadinya seperempat kilogram Rp 7 ribu, sekarang udah jadi Rp15 ribu. Jadinya kalau 1 kilo itu hampir Rp60 ribuan harga cabai,” ungkapnya.

Namun, untuk mengantisipasi kenaikan harga, dalam proses produksinya ia sudah menghitung Harga Pokok Produksi (HPP) dihitung dengan kenaikan harga tertinggi dari harga cabai, mengingat produknya membutuhkan dua bahan utama, yaitu cabai dan bawang.

“Kedua bahan tersebut harus ada,” jelasnya.

Ia menyampaikan, kenaikan harga cabai naik masih bisa ditutupi oleh harga bawang yang turun. Sehingga dalam menentukan HPP, ia melihat harga bahan pokok tertinggi dalam menentukan harga. Meskipun terdapat kenaikan harga pada cabai, hal itu tidak memengaruhi harga dan takaran produk yang ia jual.

“Dan itu tergantung kita yang memproduksi, pintar-pintarnya kita bagaimana menentukan sebuah HPP sehingga kita bisa menentukan margin, berapa persen keuntungan yang kita dapatkan,” ungkapnya.

Di sisi lain, ia mengeluhkan keuntungan yang didapatkan menurun karena harga cabai. Saat ini resentase keuntungannya sebelum harga cabai naik, sekitar 20 persen, saat ini menurun setengahnya, menjadi 10 persen.

Menurutnya, kenaikan harga cabai lebih diperhitungkan, dikarenakan produknya dominan membutuhkan cabai dan lebih menonjolkan ciri khas pedas. Sehingga cabai lebih banyak dibutuhkan dibandingkan bawang merah.

“Saya lebih senang harga bawang yang naik dari pada cabai, karena kita punya 2 jenis cabai yang dipakai. Cabai kering dan basah, yang kita gunakan dominan itu cabai basah. Cuma yang kering ini setengah dari yang basah itu yang dipakai. Jadi sangat berdampak,” katanya.

Produksi sambal bawang tersebut, telah ia geluti sejak tahun 2022. Pemasaran yang ia dilakukan bermula di sekitar Kecamatan Selaparang, kini sudah memiliki pasar yang lebih luas mencapai beberapa daerah seperti Malang, Yogyakarta, Kalimantan, dan Sumbawa. Bahkan para PMI yang bekerja di luar negeri sering memesan produk sambalnya karena ketahannya mencapai 7 bulan.

“Disini ada dukungan dari pemerintah sendiri, bikin stand-stand kayak bazar UMKM segala macam. Disitu saya coba perkenalkan produk saya sehingga alhamdulillah produk saya sudah lumayan terkenal sekarang,” ungkapnya.

Produknya memiliki dua varian, yaitu varian sambal bawang pedas dan sedang. dengan dua ukuran yaitu, 250 gram seharga Rp55 ribu. Sedangkan kemasan 60 gram seharga Rp15 ribu.(ulf)

Artikel Yang Relevan

Iklan








Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut