Mataram (Ekbis NTB) – Truk pengangkut ternak sapi dari Bima menuju Jakarta terbakar di ruas jalan salah satu tol di Semarang, Jawa Tengah. Kejadian kebakaran ini terjadi Senin sore, 13 Mei 2024.
Dari puluhan ekor sapi di dalam truk, sekitar empat ekor diantaranya mati terbakar. Sapi-sapi lainnya berhasil diselamatkan, meskipun beberapa ekor diantaranya lepas di jalan tol. Namun berhasil ditangkap kembali.
Ketua Asosiasi Peternak dan Pedagang Sapi Bima Indonesia, Furkan Sangiang dihubungi, Selasa 14 Mei 2024 mengatakan, belum mendapat informasi detailnya penyebab kebakaran truk yang tengah dalam perjalan menuju Jakarta dan rencananya dijual untuk kebutuhan qurban tahun ini.
Namun berdasarkan informasi yang diterimanya, sapi-sapi tersebut berasal dari Desa Tolouwi Kecamatan Monta, Kabupaten Bima. Sapi-sapi yang mati terbakar karena tak bisa diselamatkan terpaksa harus dibuang.
Furkan menegaskan, ini kejadian yang kesekian kali terkait truk pengangkut ternak. Setiap tahun selalu berulang, meskipun baru kali ini terjadi kebakaran truk pengangkut ternak.
“Kejadian seperti ini terus – terusan terjadi. Misalnya, tiba-tiba truk mogok ditengah jalan, dan berbagai kasus lain terkait truk pengangkut,” katanya.
Ia menegaskan, pentingnya pemerintah turun tangan memastikan kelaikan truk-truk yang digunakan oleh ekspedisi untuk mengangkut ternak ke Pulau Jawa.
“Dinas Perhubungan kita harapkan memberikan perhatian. Supaya truk-truk teronton pengangkut ternak ini dipastikan laik jalan. Masih untung ini sapinya yang jadi korban, bagaimana kalau manusianya yang jadi korban,” katanya.
Furkan menjelaskan mekanisme pengiriman ternak dari Bima ke Jakarta. Biasanya peternak menggunakan jasa ekspedisi. Truk yang digunakan ekspedisi ini menurutnya didatangkan dari Bali, dan Jawa. Peternak tidak memiliki kapasitas untuk melakukan pengecekan truk, atau laik jalan truk-truk yang mereka gunakan jasanya.
“Yang punya tupoksi Dinas Perhubungan. Karena itu, kita sangat berharap Dinas Perhubungan melakukan pengecekan kendaraannya,” harapknya.
Selain soal kelaikan kendaraan, peternak juga mengharapkan untuk diatur masuknya truk-truk pengangkut ternak ke pelabuhan. Jangan sampai terjadi penumpukan, seperti kasus sebelumnya, yang mengakibatkan ternak kelelahan dan mati.
“Kita juga minta supaya di pelabuhan agar diatur angkutan truk pengangkut ternak ini. Kasian sekali kalau ternaknya mati. Harapnya petani mau dapat untung, malah buntung,” tambahnya.
Furkan menambahkan, pengiriman ternak menggunakan truk tronton ke Jakarta melalui penyeberangan dan darat dirasa masih lebih efektif, ketimbang menggunakan kapal pengakut ternak.
“Karena, ternak yang dikapalkan sampai ke Tanjung Priok harus turun dan cari tronton lagi untuk mengangkut ke kendang. Kalau pakai truk dan dikirim lewat darat, lebih enak, bisa istirahat, bisa ngasi pakan ternak kapan saja dan dimana saja. Dan bisa langsung ke kandang tujuan,” imbuhnya.(bul)