26.5 C
Mataram
BerandaNTBLombok Barat50 Tahun Bergantung dari Air Hujan, Petani di Banyu Urip Gerung Bisa...

50 Tahun Bergantung dari Air Hujan, Petani di Banyu Urip Gerung Bisa Nikmati Air Irigasi  

Hampir 50 tahun lamanya para petani di Dusun Sambi Ratik, Desa Banyu Urip Kecamatan Gerung Lombok Barat (Lobar) bergantung dari air hujan untuk mengairi sawahnya. Alasannya, daerah ini, termasuk tadah hujan.

Bayang-bayang gagal panen pun tiap tahun menghantui mereka. Bahkan seringkali para petani di daerah itu mengalami gagal panen, akibat air hujan tak cukup mengaliri sawah mereka. Tak terhitung berapa kerugian yang mereka alami.

- Iklan -

Tapi itu cerita dulu. Sekarang, mereka tidak lagi mengalami krisis air irigasi, setelah dibangunnya bantuan program Optimasi Lahan (Oplah) dari Kementerian Pertanian melalui Dinas Pertanian Lobar.

Tampak kebahagiaan para petani membuncah. Mereka begitu senang dan bahagia, ketika menyaksikan air irigasi menyembur keluar dari pipa paralon berukuran besar. Air itu disedot dari sungai sekitar menggunakan mesin pompa, lalu dialirkan ke embung-embung. Air yang ditampung di embung lalu dialirkan ke embung lainnya, barulah dialirkan ke sawah-sawah.

“Alhamdulillah mimpi dan harapan selama 50 tahun kami berharap (bergantung) dari air hujan, kini dengan bantuan Oplah ini kami bisa menanam padi, bahkan bisa memungkiri dua kali hingga tiga kali tanam,” kata H Zulhakim, Jumat 21 November 2025.

Sebelumnya petani di wilayah tidak punya air irigasi, sehingga mengandalkan air hujan untuk mengairi sawah. Selama itu pula petani sering kali mengalami dua masalah, yakni gagal tanam dan gagal panen. Karena hujan kadang tidak menentu, di kala petani sudah menyemai benih padi, hujan tidak kunjung turun. Akibatnya petani pun gagal tanam.

Begitupula, ketika tanaman padi sudah besar menghasilkan bulir, hujan tidak turun-turun, mengakibatkan petani gagal panen. “Begitu terus kami alami,tapi sekarang dengan program ini kami bisa tanam padi sampai dua kali,” imbuhnya. Dengan air iigasi yang tersedia, banyak lahan yang tadinya tidak produkti, tak bisa ditanami di daerah itu bisa produktif, sehingga petani bisa mendapatkan hasil panen yang lebih banyak.

Dari sisi hasil panen juga diprediksi meningkat dari sebelumnya, 3-4 ton per hektar bisa meningkat menjadi 5-6,5 ton per hektar. “Dulu jangankan Lima ton, kadang-kadang per hektar itu 3 ton, 4 ton jarang kita dapat, karena selalu kekeringan kami di sini,” sambungnya.

Kades Banyu Urip H Slamet Riyadi menyampaikan di empat dusun, yang berada daerah bagian atas lahan pertanian itu mencapai 250 hektar, dari luas lahan ini tadah hujan, sehingga bergantung dari air hujan selama sekian puluh tahun lamanya.

“Tapi alhamdulillah, mimpi dan harapan warga kami di sini bisa terwujud dengan program dari pemerintah, air irigasi tersedia untuk mengairi lahan pertanian warga,” katanya.

Harapannya sejak dulu Petani bisa menggarap lahan maksimal dengan air irigasi yang cukup. Bahkan ketika menjadi pengusaha gabah, angan-angan itu telah ada. “Dan sekarang bisa terwujud, masyarakat sangat bersyukur,” ujarnya.

Terlebih dengan dua kali tanam, maka petani bisa mendapatkan hasil panen dua kali lipat dari sebelumnya. Bahkan, desa itu menjadi salah satu desa di Lobar dengan serapan gabah hasil panen tertinggi dari Bulog. “Alhamdulillah kita paling tinggi,” sambungnya.

Sementara itu,Kadis Pertanian Lobar Hj Damayanti Widyaningrum menyampaikan bahwa khusus di desa Banyu Urip ada sekitar 130 hektare yang diintervensi melalui program Oplah, itu dari luas lahan 250 hektare. Bagi petani di desa itu, sangat terharu dengan program ini karena bisa mengairi lahan mereka. Pasalnya, hal ini telah dinantikan sejak lama, agar petani tidak lagi mengalami kegagalan baik gagal panen dan gagal tanam akibat tidak ada air. (her)

Artikel Yang Relevan

Iklan












Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut