26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiGNE Bangkit dari Sakit : Laba Positif, Hutang Pajak Rp5,5 Miliar Segera...

GNE Bangkit dari Sakit : Laba Positif, Hutang Pajak Rp5,5 Miliar Segera Dilunasi dan Bisnis Beton Diperkuat

Lombok (ekbisntb.com) – Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) NTB yang bergerak dibidang aneka usaha, PT Gerbang NTB Emas (GNE) disebut-sebut menunjukkan pemulihan signifikan setelah bertahun-tahun tertekan kerugian.

Perusahaan mulai kembali mencatatkan keuntungan. Hingga Oktober 2025, pengelolaan GNE mampu mampu menurunkan beban kredit lebih dari Rp3 miliar dalam satu tahun. Capaian tersebut dinilai sebagai titik balik penting bagi BUMD yang sempat dikategorikan “sakit” itu.

- Iklan -

Plt. Direktur Utama GNE, Lalu Anas Amrullah, Jumat, 21 November 2025, menceritakan, transformasi keuangan mulai terlihat sejak fokus perusahaan diarahkan kembali ke bisnis inti, yakni material konstruksi.

“Per Oktober GNE sudah menunjukkan angka positif. Setelah tahun buku 2024 merugi Rp3,2 miliar, kini posisi laba-rugi berjalan sudah berbalik menjadi surplus sekitar Rp180 juta,” jelas Lalu. Anas.

Setelah pajak, laba bersih yang tercatat mencapai Rp108 juta.

“Tidak besar, tetapi yang penting adalah kita berhasil berubah dari negatif ke positif dalam satu tahun, tanpa intervensi tambahan apa pun,” katanya.

Selain berbalik untung, indikator kesehatan perusahaan juga terlihat dari penurunan kredit. Menurutnya, saat mulai menjabat pada Juli 2024, sisa kredit GNE di perbankan tercatat mencapai Rp26,7 miliar. Namun per Oktober 2025, kredit itu berkurang menjadi Rp22,9 miliar.

“Berarti kita mampu mengurangi beban pinjaman Rp3,7 miliar dalam setahun, dan hampir seluruh pembayarannya berasal dari bisnis beton,” ujarnya.

Menurutnya, pencapaian ini membuktikan bahwa produk beton GNE memiliki prospek kuat dan mampu menopang operasional perusahaan.

Anas juga menegaskan bahwa banyak pinjaman masa lalu digunakan untuk bisnis-bisnis yang kini macet. “Namun hanya dengan bisnis beton, kita bisa mulai memperbaiki kewajiban tersebut,” imbuhnya.

Anas menyebutkan bahwa bisnis beton kini diposisikan sebagai core business perusahaan, sesuai arahan Gubernur NTB, Dr. H. Lalu. Muhamad Iqbal. Ke depan, pengembangan diarahkan pada peningkatan teknologi produksi, kapasitas, serta integrasi usaha material dari hulu hingga hilir.

“Arahnya ke galiasi, stone crusher, hingga precast. Kita ingin membangun ekosistem material konstruksi yang lengkap,” jelasnya.

Usaha di luar fokus konstruksi seperti bisnis perumahan, kapal, alat berat, maupun jagung telah dihentikan. Ke depan, pengembangan dapat diarahkan ke produk turunan seperti bata interlock atau inovasi material lain sesuai kebutuhan pasar.

Anas menambahkan, kebutuhan material konstruksi di NTB sangat besar. Dengan belanja infrastruktur mencapai Rp1–1,5 triliun per tahun, sekitar 60% dari nilai tersebut merupakan komponen bahan baku.

“Jika GNE bisa mengambil 20% saja dari kebutuhan bahan baku itu, nilainya sudah sangat besar. Selama ini pasar kami 80% dari proyek pemerintah, tetapi kami ingin menggesernya agar swasta bisa mencapai 40%,” katanya.

Manurutnya, permintaan dari sektor swasta seperti hotel, perumahan, serta kawasan Mandalika masih terbuka lebar. Kebutuhan material berkualitas tinggi semakin penting.

“Beton harus benar-benar berkualitas, dan itu membutuhkan teknologi yang baik. GNE harus masuk ke segmen itu,” tegasnya.

Diketahui, PT. GNE mendapat tambahan penyertaan modal sebesar Rp8 miliar, Anas merinci bahwa Rp5,7 miliar akan dipakai untuk melunasi utang pajak. Sementara sisa Rp2 miliar dari dana tersebut akan diarahkan untuk menopang bisnis beton yang menjadi tumpuan utama perusahaan.

“Begitu pajak dibayar (hutang pajak), AHU bisa diaktifkan kembali. Setelah itu, sekitar 14 hari kemudian status perusahaan bisa aktif kembali, sehingga RUPS dapat digelar,” kata Anas.

Rencananya, penyertaan modal Rp8 miliar masuk pada November ini sehingga RUPS dapat digelar pada 6 Desember.

“Kami berharap semuanya sesuai jadwal agar proses penataan manajemen dan penguatan bisnis bisa berjalan optimal,” ujarnya.

Dalam RUPS nanti, salah satu agenda penting yaitu pembentukan panitia seleksi (pansel) untuk menetapkan direksi definitif GNE pada 2026.(bul)

Artikel Yang Relevan

Iklan












Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut