Lombok (ekbisntb.com) – Dalam rangka menekan laju inflasi di Kota Mataram, Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melakukan studi tiru ke Kelompok Tani Orong Balak yang berada di Dusun Bongkemalik, Desa Kerongkong, Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Kamis (16/10/2025).

Kelompok tani tersebut dinilai berhasil menerapkan teknologi garden house dalam budidaya cabai dan tomat sebagai strategi menjaga stabilitas pasokan dan harga komoditas hortikultura di daerah mereka.

Sekda Kota Mataram, H. Lalu Alwan Basri, yang memimpin langsung kunjungan tersebut, menyampaikan bahwa studi tiru ini menjadi langkah awal untuk mengadopsi metode pertanian modern di Mataram, terutama dalam menghadapi tantangan keterbatasan lahan pertanian.
“Dengan keterbatasan lahan yang kita miliki di Kota Mataram, teknologi garden house ini sangat relevan untuk diterapkan. Ini juga membuka peluang kerja sama antara Dinas Pertanian Kota Mataram dengan petani di Lombok Timur,” jelasnya.
Lebih lanjut, Alwan mengungkapkan bahwa pihak Kelompok Tani Orong Balak juga telah menyatakan kesiapannya memberikan pendampingan teknis, pelatihan, serta dukungan apabila teknologi ini ingin diterapkan di Mataram.
Penerapan metode ini direncanakan mulai direalisasikan pada tahun 2026. Menurut Alwan, keberhasilan kelompok tani di Lombok Timur dalam menjaga harga cabai tetap stabil tidak hanya berasal dari teknologi yang digunakan, tetapi juga karena penerapan jadwal tanam dan panen yang terencana dengan baik.
“Dengan penjadwalan tanam yang terukur dan pemanfaatan teknologi, harga cabai dan tomat bisa ditekan agar tidak melonjak drastis di musim-musim tertentu. Ini sejalan dengan target pengendalian inflasi di Kota Mataram,” jelasnya.
Terkait lokasi percontohan, Pemkot Mataram telah mengidentifikasi sejumlah titik yang potensial untuk penerapan teknologi garden house, antara lain di Kelurahan Mandalika dengan lahan seluas 50 are, serta Kelurahan Sayang-Sayang, Rembiga, dan Ampenan Utara.
Untuk tahap awal, satu lokasi akan dijadikan proyek percontohan dengan alokasi anggaran sebesar Rp500 juta, yang akan digunakan untuk pembangunan rumah tanam dan sistem pendukung lainnya.
“Kita akan coba di satu titik dulu. Jika terbukti berhasil, akan direplikasi di kecamatan lain secara bertahap,” tambahnya.
Sementara itu, Pembina Kelompok Tani Orong Balak, H. Subahan, menyambut baik rencana kerja sama tersebut. Ia menyebutkan bahwa teknologi garden house yang diterapkan kelompoknya menelan biaya sekitar Rp500 juta per unit. Jika diterapkan di enam kecamatan di Kota Mataram, anggarannya diperkirakan mencapai Rp3 miliar, angka yang menurutnya tergolong kecil jika dibandingkan dengan manfaat jangka panjang yang akan diperoleh.
“Kalau Rp3 miliar bisa untuk enam kecamatan, itu termasuk kecil. Tapi terakomodir semua. Ketika harga cabai naik, pasokan di Mataram tetap aman,” ujarnya.
Ia juga menegaskan kesiapan pihaknya untuk memberikan pendampingan teknis jika Pemkot Mataram ingin serius mengimplementasikan metode ini.
Sebagai informasi, Kelompok Tani Orong Balak merupakan satu dari perwakilan Provinsi NTB dalam ajang Champion Aneka Cabai Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian RI dan diikuti oleh 115 kelompok tani dari seluruh Indonesia. (pan)