Lombok (ekbisntb.com) –Bank Perekonomian Rakyat Syariah (BPRS) Dinar Ashri yang berbasis di Nusa Tenggara Barat menunjukkan kinerja luar biasa. Hingga September 2025, aset Bank Dinar telah menembus Rp2,026 triliun, menjadikannya BPRS dengan aset terbesar di Indonesia.

Capaian Bank Dinar ini menjadi tonggak penting bagi industri perbankan syariah di Nusa Tenggara Barat. Untuk pertama kalinya, BPRS asal NTB berhasil menempati posisi nomor satu secara nasional dari sisi aset.

Direktur Utama BPRS Dinar Ashri, Mustaen, mengungkapkan, pencapaian ini adalah hasil kerja keras tim dan strategi pengelolaan aset yang berimbang antara pembiayaan dan pendanaan.
“Dibanding posisi Desember 2024, aset kami tumbuh sebesar 36,59 persen, atau naik sekitar Rp537 miliar. Secara tahunan (year on year), pertumbuhannya mencapai 45,55 persen, setara dengan Rp627 miliar,” jelas Mustaen di ruang kerjanya, Senin 13 Oktober 2025.
Menurut Mustaen, kinerja pendanaan (funding) dan pembiayaan (lending) sama-sama menunjukkan tren positif. Pendanaan tumbuh 16,45 persen atau setara dengan Rp177 miliar dari posisi Desember 2024 ke September 2025. Sementara pembiayaan meningkat tajam 45,49 persen, mencapai Rp551 miliar.
“Kenaikan aset itu kombinasi dari banyak komponen. Tapi yang paling dominan adalah kenaikan di sektor pembiayaan. Dari Desember 2024 ke September 2025, pembiayaan naik lebih dari setengah triliun rupiah,” terangnya.
Menariknya, peningkatan aset tersebut tidak berasal dari penyetoran modal tambahan, melainkan murni dari aktivitas bisnis.
“Bank Dinar tumbuh organik, tidak ada evaluasi aset atau tambahan modal dari luar. Semua peningkatan murni hasil bisnis produktif,” tegasnya.
Mustaen mengemukakan, pencapaian ini ditengah tantangan ekonomi yang tidak sederhana dan banyak kekhawatiran di sektor keuangan nasional. Namun sebaliknya, Bank Dinar justru melihat peluang dari kondisi ini.
“Banyak pihak memilih bermain aman karena khawatir situasi ekonomi. Tapi kami memandang bahwa setiap ketidakpastian selalu menyimpan peluang. Kuncinya adalah keseimbangan antara menjaga yang sudah ada dan meraih kesempatan baru. Program terus kita jalankan tanpa mengesampingkan prinsip kehati-hatian bank,” ujarnya.
Ia menambahkan, dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menjadi faktor penting dalam menjaga kepercayaan dan stabilitas kinerja Bank Dinar.
“Teman-teman di OJK sangat mendukung langkah-langkah kami. Karena kalau industri ini tumbuh sehat, tentu nilai positifnya banyak bagi daerah. Sekarang, NTB punya kebanggaan tersendiri karena memiliki BPRS terbesar secara nasional,” ungkap Mustaen.
Saat ini, Bank Dinar memiliki lebih dari 54.000 rekening pembiayaan aktif dengan jumlah nasabah tabungan mencapai 91.081 rekening dan 1.932 nasabah deposito. Produk pembiayaan yang ditawarkan pun beragam, mulai dari pembiayaan konsumtif, gadai, hingga sektor produktif.
Mustaen menjelaskan, tidak semua pembiayaan konsumtif bersifat non-produktif. Banyak di antaranya justru berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat.
“Misalnya, nasabah mengajukan pembiayaan multiguna, tapi ternyata digunakan untuk membuka usaha seperti peternakan ayam, menanam bawang, atau jagung. Jadi konsumtif dan produktif itu seperti dua sisi mata uang yang sama, keduanya harus berjalan beriringan,” katanya.
Hingga September 2025, modal inti Bank Dinar tercatat sebesar Rp159 miliar, dengan rasio Non Performing Financing (NPF) gross hanya 0,5 persen. Angka yang menunjukkan tingkat kesehatan pembiayaan yang sangat baik. Dengan posisi keuangan yang solid, Bank Dinar kini mulai menjajaki ekspansi ke luar daerah.
“Insya Allah tahun depan kami mulai memperluas jaringan ke beberapa wilayah lain di Indonesia. Saat ini masih dalam tahap penjajakan,” demikian Mustaen. (bul)