Lombok (ekbisntb.com) –

Dinas Perdagangan (Disdag) Kabupaten Lombok Timur (Lotim) mengingatkan elpiji ukuran 3 kilogram (Kg) untuk warga miskin. Tabung gas melon tersebut untuk keluarga kurang mampu. Bukan untuk kegiatan usaha, termasuk dapur Makan Bergizi Gratis (MBG).

Kepala Bidang Bahan Pokok Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan Lotim, Saeful Waton kepada, Rabu 17 September 2025, menjelaskan, untuk saat ini stok elpiji 3 kg ini cukup aman di Lotim.
Disdag Lotim memastikan tidak ada kelangkaan.”Kita sudah koordinasi dengan SPPBE (Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji) dan di pangkalan-pangkalan masih tersedia,” ucapnya.
Dia menjelaskan, alur distribusi gas melon ini dari SPPBE ke agen-agen baru di titik terakhir pangkalan. Jumlah SPPBE di Kabupaten Lotim diketahui ada dua unit, satu di Sikur dan satu lagi di Pringgabaya.
Sedangkan jumlah agen ada 18 unit se Lotim. Sedangkan jumlah pangkalan cukup banyak dan terus bertambah.
“Kita belum update jumlah pangkalan ini karena terus bertambah,” terangnya.
Jumlah pangkalan terus bertambah karena bertujuan memudahkan masyarakat. Pasalnya, sesuai aturan pangkalan ini merupakan titik terakhir tempat warga membeli.
Dalam pendistribusian elpiji bersubsidi ini, ujarnya, tidak dikenal istilah pengecer. Harga eceran tertinggi (HET) elpiji melon ini Rp 18 ribu. Namun dilemanya, banyak pengecer-pengecer kecil yang diketahui ikut menjual, sehingga harganya melampaui HET.
“Dilema memang karena masyarakat juga kan ingin berusaha makanya ikut jualan,” ungkap Kabid Bapokting menambahkan.
Dikatakan, di tingkat pengecer inilah letak krusial penjualan yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga melewati HET.
“Itu yang kita ingin edukasi masyarakat. Kalau ada yang ngecer jangan terlalu tinggi menjualnya, karena sebenarnya tak ada pengecer yang terdaftar. Titik terakhir penjualan Itu di pangkalan,” urainya.
Ditambahkan, soal isu kelangkaan ini terjadi karena memang akibat intensitas pemakaian elpiji di rumah tangga ini meningkat. Peningkatan terjadi karena perayaan maulid Nabi Besar Muhammad SAW.
Namun diyakinkan kembali, dari sisi stok sangatlah aman. Ada tudingan sejumlah pihak kelangkaan terjadi akibat terus bertambahnya jumlah Dapur MBG.
Menanggapi hal itu, Saeful mengatakan sejauh ini belum ada dapur MBG yang diketahui memakai gas ukuran terkecil tersebut.
Koordinator Dapur MBG Lotim, Agamawan yang dikonfirmasi terpisah mengatakan dari 62 dapur yang beroperasi tidak ada yang menggunakan gas bersubsidi.
Menurutnya gas itu terlalu kecil, sehingga jelas tidak bisa digunakan untuk masak makanan dengan jumlah yang cukup besar.Hasil pengecekannya di dapur-dapur MBG, sebagian besar katanya menggunakan gas warna merah muda. Yakni gas dengan takaran lebih besar. Ada juga yang menggunakan yang elpiji ukuran 12 kg yang tabungnya berwarna biru. (rus)