Selong (Ekbis NTB) – Pondok Pesantren Thohir Yasin, Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur berhasil membangun kemandirian ekonominya. Ponpes ini sudah menikmati buah manis dari kegiatan ekonomi yang dibangun dalam setengah dekade terakhir ini.
Ponpes Thohir Yasin sudah menjelma tidak hanya menjadi pusat menimba ilmu pendikan dan agama, lebih dari itu, ponpes ini sudah berhasil mengembangkan ekonomi penopang ponpes, dari aneka usaha yang sidah dijalankan, dan terus dikembangkan.
Ponpes yang didirikan pada tanggal 28 Oktober tahun 1990 ini menurut pimpinan Yayasan Thohir Yasin, TGKH. Isma’il Thohir, setelah didirikan, setahap demi tahap diikhtiarkan untuk terus memajukan pondok pesantren. Baik dari segi pendidikan, hingga perekonomiannya.
Ponpes ini mengoptimalkan pengelolaan potensi sumbber daya yang dimiliki untuk terus berkembang. Diantaranya, summber daya pertanian, peternakan, perikanan, hingga aneka usaha lainnya.
“Dari tahun ke tahun, sedikit demi sedikit kami terus berikhtiar. Sampai sekarang, dengan adanya kegiatan ekonomi yang dibangun, alhamdulillah dapat mendukung ekonomi pesantren, dan ekonomi masyarakat sekitar,” ujarnya, Jumat 19 April 2024.
Dari hasil kegiatan usaha yang dikembangkan di lingkungan pondok pesantren, sudah lebih dari 200 santri yang ditanggung biaya pendidikannya (beasiswa).
“Hasil usaha dari pertanian, hasil usaha dari perikanan, dan peternakan. Bisa membantu santri santri yang ekonominya lemah. Bebas biaya pendidikannya disini,” ujarnya.
Terlebih lagi, dengan didukung oleh Bank Indonesia,menurutnya, Ponpes Thohir Yasin terus melakukan pengembangan bisnis. Terutama di sektor pertanian, dengan menggalakkan pertanian berbasis teknologi.
Kepala Unit Ekonomi Pondok Pesantren Thohir Yasin, Ust, Sahrul merinci kegiatan usaha yang dilakukan di ponpes saat ini. Diantaranya, dari unit usaha perdagangan terdapat usaha ritel modern Thohir Yasin Mart yang sekarang tersebar empat unit.
Pada unit usaha pertanian, sedang dikembangkan green house cabai, padi organik, sayur-sayuran organik dengan dibantu Bank Indonesia. Ada juga unit perkebunan untuk tanaman pohon gaharu, kebun markisa, dan kebun durian.
Sementara unit perikanan, dikembangkan ikan hias seperti koi, dan ikan konsumsi. Usaha peternakan ayam broiler. Ditambahkan unit usaha laundry memberdayakan ibu rumah tangga sebanyak 40 orang. Dan unit jasa kerjasama dengan PT. POS untuk penitipan, termasuk untuk jasa pengisian pulsa, tarik tunai, dan kegiatan keuangan digital lainnya. Ust. Sahrul menambahkan, ada juga usaha sektor konstruksi dan property untuk pengerjaan fisik ponpes yang dilakukan sendiri. Ditambah unit usaha travel haji dan umrah.
Dalam setahun, dari seluruh unit usaha yang dikerjakan, nilai ekonomi yang dilaksanakan senilai Rp12,5 miliar pada tahun 2023, dan pertengahan tahun 2024 sekitar Rp 8 miliar. Hasil kegiatan usaha yang dikembangkan ini dikembalikan kepada kegiatan operasional ponpes, pengembangan pembangunan asrama, masjid, dan beasiswa santri.
“Sudah 220 santri yang digratiskan pendidikannya. Biayanya ditanggung, dari MTs (setingkat SMP), hingga Aliyah (setara SMA/SMK). Ponpes juga akan mengambangkan kemitraan dengan masyarakat, khususnya sektor pertanian berbasis organik. “Nantinya, masyarakat yang akan mengembangkan pertanian, alat dan bahan kita bantu. Nanti hasilnya ponpes yang akan carikan pasar,” tambahnya.
Ust.Sahrul menambahkan, kegiatan usaha yang dilakukan di lingkungan pondok pesantren tidak saja orientasinya pada penghasilan. Lebih dari itu, santri bisa belajar praktik lapangan untuk mengembangan wirausaha sekembalinya nanti dari Ponpes.
Dari Ponpes juga dibangun rantai ekonomi. Hasil pertanian, perikanan, dan budiaya yang dilakukan dapat dipasarkan melibatkan masyarakat sekitar untuk jualan keliling. Sehingga hasilnya tidak saja dirasakan oleh Ponpes, tetapi masyarakat secara luas.
“Kita berharap, Ponpes ini bisa lebih mandiri secara ekonomi untuk memberikan manfaat yang lebih besar,” demikian Ust. Sahrul.(bul)