Lombok (ekbisntb.com) – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia, Arifatul Choiri Fauzi mendorong pemberdayaan dan kemandirian ekonomi warga binaan yang ada di Lapas Perempuan Kelas III Mataram.
Pemberdayaan dan kemandirian ekonomi tersebut didorong lewat pelatihan berbagai jenis keterampilan bertujuan agar warga binaan bisa mengembangkan ilmunya ketika sudah kembali ke masyarakat.

“Pelatihan kepada penghuni di lapas ini untuk bekal mereka ketika mereka kembali ke masyarakat,” ujarnya, Jumat, 25 Juli 2025.
Dia menyampaikan, pelatihan keterampilan di lapas perempuan merupakan program baru. NTB bergabung dengan enam daerah lain menjadi pilot projek program perdana Menteri PPPA. “Ini tahap pertama dengan tujuh pilot project, setelah ini kita akan ngobrol kembali titik mana yang akan kita kunjungi bersama,” katanya.
Dalam kunjungannya, Menteri PPPA meninjau berbagai produk hasil pelatihan warga binaan seperti kue, boneka, tas rajut, dan aksesoris buatan tangan. Kunjungannya ke Lapas kali ini, Menteri mengaku tertarik dengan salah keterampilan warga binaan yaitu membatik menggunakan cat.
Untuk penjualan produk-produk tersebut, Menteri PPPA akan bekerja sama dengan BUMN untuk memasarkan produk para warga binaan.
Program pemberdayaan ini merupakan bagian dari kerja sama antara Kementerian PPPA dengan sebuah propider dan telah dilaksanakan di tujuh wilayah di Indonesia. Selain NTB, program serupa juga diterapkan di Banten, Yogyakarta, Tangerang, Sumatera Utara, dan Bali.
Di Lapas Perempuan Kelas III Mataram, terdapat 245 warga binaan, termasuk lima anak balita yang turut tinggal di dalam Lapas tersebut. Menteri PPPA menyebut bahwa seluruh warga binaan mendapatkan kesempatan yang sama dalam pelatihan, disesuaikan dengan minat dan potensi masing-masing.
“Semuanya mendapatkan kesempatan yang sama tergantung dengan passionnya masing-masing,” ucapnya.
Lebih lanjut, Ia menambahkan bahwa secara nasional, program pelatihan ini telah menjangkau lebih dari 500 warga binaan perempuan. Dia berharap, 500 warga binaan ini mampu mengembangkan keterampilannya ketika keluar lapas.