Lombok (ekbisntb.com) – Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Nusa Tenggara I telah membuat laporan analisa bencana banjir banjir yang melanda sejumlah titik di Kota Mataram.
Kepala Bidang Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air, Lukman Nurzaman S.T., M.Tech., di Mataram, Kamis, 10 Juli 2025 mengemukakan, hujan dengan intensitas ekstrem pada Minggu, 6 Juli 2025, pukul 14.30 WITA, menyebabkan banjir di berbagai wilayah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Curah hujan yang tercatat sebesar 182,4 mm di ARR Bertais menjadi pemicu utama banjir Sungai Ancar yang melanda sejumlah kelurahan, Bertais, Selagalas, Abian Tubuh, Mandalika, Dasan Cermen, Turida, Kekalik Jaya, Karang Pule, Tanjung Karang, Jempong Baru, Dasan Agung, Karang Taliwang, Mayura, Cakranegara Selatan Baru, dan Cakra Barat.
“Laporan analisa ini ditinjau dari aspek hidrologi dan hidrolika untuk memberikan gambaran komprehensif mengenai kejadian banjir,” terang Lukman.
Menurut informasi dari Tim Reaksi Cepat BBWS Nusa Tenggara I, kondisi banjir diperparah oleh penyempitan sungai akibat pemukiman padat dan pembangunan liar di sempadan sungai, bahkan di dalam badan sungai.
Beberapa titik luapan parah di antaranya Perumahan Riverside: Luapan dari sisi kiri aliran sungai merobohkan pagar keliling perumahan setinggi 2,5 meter.
Lingkungan Pengempel Indah: Sebagian besar bangunan didirikan dengan pondasi di atas perkuatan tebing Sungai Ancar, mengakibatkan berkurangnya kapasitas sungai.
SMP 22 Mataram (Jl. Gontoran): Pagar pembatas sekolah setinggi 2 meter roboh karena lokasi sekolah berada di area penyempitan sungai.
BTN Sweta: Banjir di area ini disebabkan luapan drainase (bekas saluran irigasi) di dalam perumahan, meskipun genangan sudah surut.
Simpang Sungai Ancar – Jalan Majapahit: Terjadi bottle neck akibat dua jembatan berdampingan (akses masuk Unram dan Jalan Majapahit), menyebabkan aliran sungai mencari jalan lain melalui area pemakaman yang tembok pembatasnya ambruk, mengakibatkan genangan di Jalan Swadaya.
Jembatan Kekalik: Menjadi titik bottle neck terparah karena terdapat beberapa obstacle.
Lukman menegaskan bahwa penyebab utama banjir adalah curah hujan yang tinggi, degradasi sungai akibat penyempitan dan pendangkalan, serta drainase perkotaan yang tidak efektif karena sampah. Debit yang terjadi pada saat kejadian diperkirakan mencapai 91,54 m$^3$/detik.
Tim Reaksi Cepat BBWS Nusa Tenggara I segera diterjunkan untuk mengidentifikasi lokasi kejadian dan mengumpulkan data guna penyusunan rencana penanganan banjir. Langkah-langkah darurat yang telah dilakukan meliputi, pengerahan 1 unit mobile pump untuk memompa genangan air di salah satu perumahan Jl. Swakarsa, Kekalik, Kota Mataram. 1 unit excavator untuk membersihkan sampah di jembatan dekat pintu masuk Universitas Mataram. Optimalisasi saluran drainase dengan membersihkan sampah bersama instansi terkait.
Untuk penanganan masalah banjir ini, Lukman menekankan perlunya kerja sama dan koordinasi banyak pihak. Upaya jangka panjang yang diusulkan antara lain reboisasi dan pengendalian erosi di bagian hulu sungai.
Penataan bantaran sungai dan penertiban bangunan-bangunan yang berada di bantaran sungai serta tidak memenuhi kaidah teknis bangunan (salah satunya di atas peil banjir). Edukasi masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai. Normalisasi dan pelebaran sungai.
Normalisasi sungai menurutnya telah direncanakan sejak lama oleh BBWS dan memerlukan pelebaran sungai serta pembangunan jalan inspeksi di sebelah sungai. Jalan inspeksi ini akan berfungsi sebagai jalur alat berat dan dump truck untuk pemeliharaan sungai.
“Namun, ini tentu memerlukan penertiban terhadap bangunan-bangunan yang berada di sepanjang bantaran sungai, serta bangunan-bangunan yang tidak memenuhi kaidah teknis yang disebutkan tadi,” tambah Lukman.
Sebab penertiban bangunan-bangunan tersebut merupakan kewenangan Pemerintah Daerah.(bul)