Lombok (ekbisntb.com) – Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat mengimbau masyarakat untuk mewaspadai adanya banjir susulan di wilayah Kota Mataram.
Imbauan tersebut menyusul adanya potensi curah hujan sedang-lebat di tanggal 11-14 Juli 2025.

“Kalau kita lihat dinamika armosfer kita masih ada peluang hujan walaupun intensitasnya tidak selebat kemarin, ini yang perlu kita waspadai karena kami melihat potensi hujan di seluruh NTB,” ujarnya, Kepala BMKG stasiun Klimatologi NTB, Nuga Putrantijo, Rabu, 11 Juli 2025.
Nuga mengatakan, terdapat potensi banjir susulan sebab adanya hujan di pertengahan bulan Juli. Namun, tidak akan sebesar dan setinggi yang terjadi pada Minggu, 6 Juli 2025 kemarin.
Dia melanjutkan, untuk menghindari adanya bencana serupa, masyarakat diminta untuk tidak membuang sampah sembarangan, khususnya di kawasan Sungai.
“Supaya tidak terjadi seperti kemarin, mohon tidak membuang sampah di sungai dan bersihkan sampah di sekitar,” tambahnya.
Berdasarkan pantauan BMKG, musim kemarau di NTB terjadi mulai akhir Mei hingga awal Juni. Namun, di tengah perjalanan adanya kejadian di atmosfer yang menyebabkan terjadi curah hujan tinggi.
“Pulau-pulau di Bumi Selatan Indonesia kondisi lautnya hangat. Sementara di atmosfer kelembapannya tinggi,” ucapnya.
Kelembapan yang tinggi inilah menjadi pemicu tingginya curah hujan di tengah musim kemarau. Bahkan, potensi kelembapan awan dikatakan semakin tinggi.
Selain curah hujan tinggi, BMKG juga mengingatkan adanya potensi banjir rob di wilayah pesisir, khususnya wilayah-wilayah yang pernah mengalami banjir rob.
“Waspada karena kita puncaknya nanti sekitar tanggal 12-13 Juli. Pas bulan Purnama,” terangnya.
Ketika terjadi hujan di tanggal tersebut, otomatis hulu hingga hilir sungai akan penuh yang menyebabkan terjadinya banjir di tepi pantai.
Begitupun dengan gelombang tinggi, masyarakat perlu mewaspadai adanya fenomena ini, khususnya untuk nelayan-nelayan kecil. Sebab, biasanya di kawasan Indonesia bagian Selatan seringkali terjadi gelombang tinggi. “Ini yang perlu diwaspadai oleh nelayan-nelayan kecil. Kalau perahu besar tidak masalah,” pungkasnya. (era)