BANK Indonesia (BI) Provinsi NTB menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan kluster cabai sebagai langkah strategis dalam pengendalian inflasi di wilayah tersebut. Kepala BI Perwakilan NTB, Berry A Harahap.
Berry A Harahap menjelaskan cabai merupakan salah satu komoditas utama yang memberikan kontribusi signifikan terhadap fluktuasi inflasi di NTB.

“Kami melihat bahwa pengelolaan kluster cabai sangat penting untuk menciptakan stabilitas harga. Dengan mendorong produktivitas dan efisiensi distribusi, kita dapat memitigasi risiko gejolak harga,” ungkapnya.
Kluster cabai yang dikembangkan BI NTB melibatkan petani lokal, penyuluh pertanian, serta pihak-pihak terkait lainnya seperti pondok pesantren. Program ini mencakup pemberian bantuan teknis, penguatan kapasitas petani, serta penyediaan akses terhadap teknologi pertanian modern. Selain itu, BI NTB juga bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memastikan adanya pasar yang stabil bagi hasil panen petani.
“Kami juga memfokuskan pada peningkatan koordinasi antara hulu dan hilir. Salah satu pendekatan kami adalah mendorong penggunaan teknologi pascapanen untuk memperpanjang masa simpan cabai, sehingga dapat mengurangi lonjakan harga ketika pasokan menurun,” tambah Berry.
Ditambahkannya, produksi cabai dalam daerah cukup tinggi. Melampaui jumlah kebutuhan dalam daerah. untuk kluster cabai di Lombok Timur, saat ini terdapat 600 hektar lahan cabai. Dengan produksi 1 ton per hari.
Namun, cabai-cabai yang diproduksi oleh petani NTB banyak yang dibeli oleh pengusaha dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan.
“Produksi kita sebenarnya sudah cukup dari kebutuhan konsumsi. Sehingga yang harus dipikirkan sebenarnya dilakukan penanaman serentak dengan daerah lain seperti jawa, Sumatera, Kalimantan, itu baru bisa menekan harga. Kalau hanya NTB saja, itu tadi, pedagang luar yang mengambil. Dan ini sebenarnya tidak pas juga kalau kita tahan. Apa iya misalnya beras, kalau ada daerah lain yang minta terus ndak kita kasih, berisiko juga inflasi di tempat lain. Kita saling menyelamatkan konsepnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Berry menegaskan bahwa konsistensi mengembangkan kluster cabai ini sejalan dengan program nasional pengendalian inflasi yang digagas oleh Bank Indonesia.
“Pengembangan kluster cabai di NTB merupakan bagian dari strategi jangka panjang kami untuk mendukung ketahanan pangan sekaligus menjaga daya beli masyarakat,” katanya.
Bank Indonesia NTB berharap langkah ini dapat memberikan dampak positif tidak hanya bagi stabilitas harga, tetapi juga bagi peningkatan kesejahteraan petani lokal. Dengan kolaborasi yang kuat antara semua pihak, Berry optimistis bahwa NTB dapat menjadi model dalam pengelolaan komoditas pangan strategis di Indonesia.(bul)