spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaKesehatanNTB Darurat TBC

NTB Darurat TBC

KEPALA Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi NTB, dr. Lalu Hamzi Fikri mengungkapkan NTB alami darurat Tuborculosis (TBC). Diungkapkan, sampai dengan bulan Desember 2024, ditemukan sebanyak 19 ribu kasus penularan TBC di NTB.

Tingginya penularan TBC di NTB menjadikan Pemerintah Provinsi berupaya untuk membasmi penularan penyakit yang disebabkan oleh bakteri tersebut.

- Iklan -

“Indonesia merupakan negara kedua dengan kasus TBC tertinggi di dunia setelah India. Secara nasional, NTB berada di posisi tengah. Tahun lalu, kita diapresiasi karena penemuan kasus TBC mencapai lebih dari 54 persen,” ujarnya kepada Ekbis NTB.

Fikri menjelaskan, penuntasan penyakit TBC di NTB masih menjadi PR Pemprov. Pasalnya, capaian temuan kasus hingga 54 persen tersebut dinilai belum maksimal. Oleh karena itu, TBC menjadi program prioritas nasional yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak.

“Makanya jadi program atensi nasional karena harus aware lagi mengenai semua kalangan soal TBC. Baik itu menengah ke bawah, menengah ke atas bahkan semua profesi bisa kena TBC,” katanya.

Ia mengatakan, salah satu tantangan penuntasan TBC karena masyarakat masih belum memperhatikan terkait bahaya penyakit yang menyerang paru-paru manusia ini. Padahal, jika dibiarkan dan tidak diobati, infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut akan menggerogoti manusia hingga menyebabkan kematian.

“Jika lalai, risikonya pengobatan bisa berlangsung seumur hidup. Jadi, begitu terdiagnosis, pasien harus berkomitmen untuk menyelesaikan pengobatan hingga tuntas,” katanya.

Menurutnya, untuk membasmi penyakit menular TBC dari daerah NTB harus dimulai dari kesadaran masyarakat untuk tidak menyepelekan tanda-tanda gejala penyakit tersebut. Seperti batuk berkepanjangan, keringat dingin di malam hari, hingga batuk berdarah, untuk segera menuju puskesmas atau klinik terdekat.

Sementara, jika ada anggota keluarga yang terdiagnosis TBC, orang-orang terdekat yang sering berinteraksi harus segera memeriksakan diri. Mengingat, TBC menular melalui percikan pernapasan saat penderita berbicara, batuk, atau bersin.

“Penderita TBC aktif harus memakai masker untuk mencegah penularan. Keluarga, termasuk pasangan dan anak-anak, juga harus waspada,” terangnya.

Adapun untuk mendeteksi penyakit TBC dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan pasif dan aktif. Untuk mendukung deteksi aktif, Dinkes NTB bekerja sama dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), sektor swasta, hingga klinik. “Dan ini juga perlu partisipasi dari kita semua,” pungkasnya. (era)

Artikel Yang Relevan

Iklan






Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut