HARGA rumput laut di Lombok Timur (Lotim) sekarang anjlok. Selama tiga bulan terakhir, harga rumput laut ini berkisar Rp 6-7 ribu per kilogram kering. Pembeli dari China termasuk sudah lama mengambil rumput laut dari Lotim, khususnya hasil produksi rumput laut dari Teluk Ekas Desa Ekas Buana Kecamatan Jerowaru. Hanya saja, sampai saat ini pembudidaya masih terjebak permainan dari para makelar.
Abdul Tilah, pembudidaya rumput laut di Teluk Ekas, mengaku menjual langsung rumput laut ke China, tapi lewat makelar. Makelarnya ini orang Indonesia. Tilah mengaku belum pernah bicara langsung dengan pembeli asal China tersebut. Ia tahunya pembeli asal China itu memiliki gudang besar di Surabaya, Jawa Timur. “Orang China asli itu yang beli,” ungkapnya pada Ekbis NTB, Sabtu 19 Oktober 2024.
Pembudidaya yang juga pengepul rumput laut ini mengungkap kembali kedatangan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan beberapa waktu lalu ke Ekas. Janji pemerintah untuk memperbaiki kualitas harga rumput laut ditagih oleh pembudidaya ini.
“Kalau yang basah kita tidak pernah jual, tapi paling sekarang laku dengan harga Rp 100 ribu per 100 kg,” ungkapnya.
Selain harganya yang merosot, pembeli juga saat ini sangat minim. “Pembeli sekarang tidak ada,” sebutnya.
Harga ini pun setiap bulan terus menurun. Melihat tren harga yang tidak berpihak pada pembudidaya ini jelas menimbulkan kerugian besar. “Para buyer (pembeli-red) sampai sekarang belum memberikan informasi,” paparnya.
Untuk kualitas produksi saat ini katanya sangat bagus. Seperti rumput laut varietas SP halus yang dibudidayakan Abdul Tilah ini terlihat cukup baik. Perairan Teluk Ekas katanya sejauh ini memang selalu menghasilkan rumput laut kualitas terbaik. Akan tetapi, harganya sekarang ini yang tidak berkualitas.
Pembudidaya rumput laut ini melakukan budidaya 20-27 hari. Waktu ini diakuinya lebih cepat dari standar normal. Tilah melakukan panen lebih awal, karena khawatir rumput laut yang dibudidayakan itu rontok. Tingkat pertumbuhan rumput laut ini cukup baik dan hasilnya juga dianggap luar biasa. Lebih besar dibanding varietas lainnya. Karenanya, batas waktu panen dipercepat.
“Idealnya memang sampai usia 40 hari, tapi pertumbuhan rumput laut ini kan cukup bagus, cukup cepat besar sehingga bisa dipanen lebih awal,” tuturnya.
Persoalan harga acap kali menjadi tantangan terbesar petani rumput laut. Padahal, para pembudidaya ini selalu mengikuti apa yang disarankan oleh para buyer. Termasuk melakukan penjemuran tak lagi menggunakan terpal, tapi digantung. Proses penjemuran dengan cara gantung ini katanya akan mendapatkan hasil yang lebih bersih dan harga yang lebih baik. Hasil keringnya memang cukup baik, tapi harganya tak kunjung membaik.
Perlakuan jamur sesuai permintaan buyer ini jelas cukup merepotkan bagi pembudidaya. Namun karena tidak dibarengi dengan kesesuaian harga, maka pembudidaya katanya bisa kolaps. Sejauh ini juga, tidak sedikit pembudidaya susah gulung tali tak lagi mau melakukan budidaya rumput laut. “Banyak yang sudah mundur sekarang,” imbuhnya.
Saat kedatangan Menteri Luhut beberapa waktu lalu, sebuah perusahaan internasional siap membeli rumput laut hasil panen petani Ekas. Kata Tilah, perusahaan atas nama PT Sea Six itu sampai sekarang belum melakukan pembelian. Kabarnya, karena mesin belum datang. “Rencana Oktober atau akhir ini katanya mau beli, tapi yang dibeli kan yang basah. Sedangkan yang kering tidak dibeli,” urainya.
Harapannya, harga jual rumput laut ke depan ini bisa lebih baik. Saat kondisi sudah kering, memang bisa disimpan lama. Asalkan jangan terlalu sering kena sinar matahari. “Kita masih berharap harganya membaik nantinya,” asanya.
Bagi pembudidaya ini, tidak penting sebenarnya harga terlalu mahal. Terpenting itu harga tetap stabil. Kisaran harga Rp 10-11 ribu saja per kilogram kering ini sudah dianggap cukup baik. Pembudidaya ini juga tidak ingin harga terlalu tinggi, tapi hanya sekilas dan setelah itu hancur lagi. “Maunya kita stabil, tidak usah terlalu tinggi,” demikian imbuhnya.
Pangkas Mata Rantai Perdagangan Rumput Laut
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Lotim, Muhammad Zainuddin yang dikonfirmasi terpisah mengatakan pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani rumput laut. Seperti menghadirkan PT Sea Six di Teluk Ekas dengan salah satu tujuan memangkas mata rantai perdagangan rumput laut.
Pemerintah pusat juga sudah ada pejabat setingkat eselon II yang khusus menangani rumput laut. Hal ini jelas akan berdampak positif bagi pengembangan rumput laut di Lotim. “Pemerintah pusat sekarang sudah fokus untuk mengembangkan rumput laut di Indonesia, dan termasuk Lotim.telah dinobatkan sebagai salah satu sentra produksi,” urainya.
Program nasional pengembangan rumput laut termasuk di dalamnya pengembangan rumput laut yang ada di sentra produksi dimiliki Kabupaten Lotim. “Program nasional rumput laut itu salah satunya ada di Lotim,” cakapnya.
Rumput laut sekarang tahap produksi. Kehadiran pasar China langsung dinilai sebenarnya cukup bagus. Apalagi China menjadi salah satu tujuan ekspor rumput laut yang cukup besar. (rus)