Jakarta (ekbisntb.com) – Bank Indonesia (BI) menyebutkan nilai tukar rupiah terus menguat seiring dengan meningkatnya aliran masuk modal asing.
“Nilai tukar rupiah menguat didukung oleh konsistensi bauran kebijakan moneter Bank Indonesia serta meningkatnya aliran masuk modal asing,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu.
Nilai tukar rupiah pada 17 September 2024 menguat menjadi Rp15.330 per dolar AS atau menguat 0,78 persen dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2024.
Penguatan rupiah ini tercatat lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti won Korea dan rupee India yang menguat sebesar 0,32 persen dan 0,13 persen.
Dengan perkembangan tersebut, apabila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, nilai tukar rupiah juga terapresiasi sebesar 0,40 persen, lebih baik dibandingkan dengan dinamika mata uang regional seperti rupee India dan won Korea yang masing-masing masih mengalami depresiasi sebesar 0,66 persen dan 3,41 persen.
Ke depan, BI optimistis nilai tukar rupiah terus akan menguat. Optimisme ni sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas perekonomian.
“Ke depan, seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI), untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk modal asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah,” ujar Perry.
Sebelumnya, BI melaporkan sejak 1 Januari 2024 hingga 12 September 2024, total modal asing masuk bersih di pasar SBN Rp10,37 triliun, di pasar saham Rp31,47 triliun, dan di pasar SRBI Rp184,03 triliun.
Sementara berdasarkan data setelmen sampai dengan 12 September 2024 pada semester II-2024, nonresiden tercatat melanjutkan inflows sebesar Rp44,33 triliun di pasar SBN, beli neto sebesar Rp31,13 triliun di pasar saham, dan beli neto sebesar Rp53,68 triliun di pasar SRBI.
Selanjutnya, premi risiko investasi atau premi credit default swaps (CDS) Indonesia 5 tahun per 12 September 2024 sebesar 69,63 basis poin (bps), turun dibandingkan 6 September 2024 sebesar 70,45 bps. (ant)