Abdul Hadi adalah kisah sukses salah satu mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI). Meski tak bawa cuan besar pulang dari Korea beberapa tahun silam. Kini ia tengah menikmati suksesnya menjadi wirausaha serbat jahe. Abdul Hadi tinggal di Longserang Barat Selatan Desa Langko, Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Bersama istrinya yang juga mantan PMI Korea. Serta satu anak, dan anggota keluarga lainnya. Di tempat tinggalnya ini, dimanmfaatkan sebagai rumah produksi serbat jahe, dan aneka produk lain yang menggunakan campuran jahe.
SERBAT jahe LBS Mandiri produksinya kita sudah cukup dikenal. Pesanannya tidak saja di dalam daerah, pun luar daerah, hingga luar negeri. Dari produksi serbat jahe ini, Abdul Hadi sudah mampu memberdayakan banyak orang di wilayahnya.
Abdul Hadi berlatar belakang keluarga kurang mampu yang tinggal di Longserang, dusun terpencil yang dulunya tidak dikenal siapapun. Sekolahnya di Mataram dilaluinya dulu dengan berjalan kaki. Menempuh jarak sekitar 17 Km setiap hari.
Karena ketidakmampuan secara ekonomi, Hadi remaja tak dapat menyelesaikan sekolah setingkat SMA. Saat itu, usia Abdul Hadi 17 tahun. tak bisa menyelesaikan pendidikan, ia sudah berfikir bekerja di luar negeri, rencananya ke Malaysia.
“Tapi saat mau mendaftar ke Malaysia. Saya lihat orang kumpul-kumpul mau daftar ke Korea. Akhirnya saya jadi mendaftar ke Korea di perusahaan ini. ndak jadi ke Malaysia,” katanya.
Dari sejak mendaftar, tak membutuhkan waktu lama. Sekitar sebulanan, Abdul Hadi sudah berangkat bekerja ke negeri ginseng. Setelah mendapat pembekalan pendidikan di markas komando TNI di Gebang, Mataram.
“Hanya sebulan nunggu, langsung berangkat ke Korea. Saya bayar ongkosnya saat itu Rp1,5 juta. Sisanya Rp1,5 juta dilunasi dengan potong gaji di Korea,” tambahnya.
Di Korea, Abdul Hadi bekerja di salah satu perusahaan pembuat komponen elektronik untuk brand Samsung, LG, dan brand perusahaan elektronik lainnya.
Gajinya sekitar 600 sampai 700 won, atau sekitar Rp30an juta jika dihitung nilai rupiah sekarang. Sayangnya, dengan gaji besar, dengan manajemen pengelolaan keuangan yang tidak baik. Hasilnya selama di Korea menguap begitu saja. Nyaris tanpa hasil.
Abdul Hadi kemudian memilih pulang kampung. Hadi pulang kampung tanpa modal, hanya etos kerja, dan disiplin hidup yang tinggi, sebagaimana budaya hidup orang-orang Korea.
“Saya boleh dibilang tidak berhasil dari Korea. Saya pulang tidak bawa banyak uang. Makanya sampai di Indonesia, saya kembali jadi kuli, jadi satpam, bahkan sempat jadi sopir. Tapi saya punya modal, bagaimana hidup disiplin, etos kerja, kebiasaan gaya hidup di Korea menjadi karakter di diri saya, keluarga, sampai saat ini. karena orang-orang Korea itu sukses karena disiplinnya, dan totalitas, kalau kerja ya kerja,” katanya.
Hidup dengan menerapkan pola hidup disiplin, bekerja, beribadah, dan mindset berfikir sukses menuntun Abdul Hadi beserta istrinya kemudian memulai ikhtiar beriwirausaha. Saat itu, tercetus ide memulai usaha, sekitar tahun 2014.
“Awalnya saya mau usaha ijuk, melihat potensi banyaknya pohon aren di sini. Tapi kemudian berfikir juga menanam jahe merah. Saat itu, saya minta adik saya untuk dikirimkan bibit jahe merah di Kalimantan,” cerinya.
Mulailah ia mengembangkan tanaman jahe merah di lahan sewaan seluas 50 are. Nasib baik memilih jalannya sendiri. Jahe merah yang ditanam tumbuh cukup bagus. ia memperkirakan bisa memaneh jahe hingga 2 ton.
Sayangnya, hasil panennya tidak serta merta disambut pasar. Jahe merah tak laku. Padahal, khasiat jahe merah juga luar biasa. Di pasaran, ternyata masyarakat lebih mencari jahe biasa.
“Kami bingung, kita mau apakan jahe merah yang banyak ini. dijual ndak laku. Akhirnya, saya bersama istri berinisiatif membuat gula jahe. Karena di sini penghasil gula aren,” katanya.
Berjalannya waktu, gula jahe yang dibuat dalam bentuk bubuk untuk minuman Kesehatan dipasarkan dari tempat ke tempat. Dari kantor ke kantor. Dan promosi secara gratis.
“Setiap hari saya keluar bawa seransel gula jahe. Saya jalan ke Mandalika, jalan ke Lombok Timur. Saya tawarkan ke orang-orang. Saya promosikan ke teman – teman,” katanya.
Itulah cikal bakalnya, dari gula jahe, ia sempurnakan menjadi serbat jahe brand LBS. Nasib baik semakin mendekati. Usahanya berpromosi ibarat gayung bersambut. Produk serbat jahenya mulai dilirik, rekan, kolega, dan pemerintah daerah.
Abdul Hadi kemudian diikutkan pelatihan dan pameran. Puncak baik produksi serbat jahenya adalah saat covid-19 masuk Indonesia tahun. Saat itu, Presiden Jokowi mengumumkan untuk meminum empon-empon, salah satunya minuman jahe.
“Ditambah lagi program JPS Gemilang, Pemprov NTB mendorong beli produk UMKM lokal. Kami sampai kewalahan menerima pesanan,” ujarnya.
Dari saat itulah, nama serbat jahe LBS melejit. Pasarnya dari ritel modern, hotel, hingga ke luar negeri, ke New Zealand. Serbat jahe ini adalah minuman tradisional yang komposisi bahannya bakunya terdiri dari gula aren, jahe, sereh, kayu manis, cengkeh, cabe jawa, dan garam.
Berkembangnya usaha Abdul Hadi ini turut menjadi berkah bagi masyarakat sekitar. Ada puluhan petani aren yang menyuplai bahan baku setiap hari. Baik berupa gula merah bungkulan, maupun gula aren cair yang kemudian diolah menjadi serbat jahe. Atau produk lain seperti gula aren semut, kopi jahe gula aren.
“Alhamdulillah, sekarang brand serbat jahe LBS sudah kuat. Produknya sudah ada di Alfamart, Hotel, NTB Mall, dan sudah diekspor, meskipun belum terlalu besar. cukup membantu kelompok masyarakat di sini,” katanya.
Sejak tahun 2022, Abdul Hadi bergabung dalam Perkumpulan Wirausaha Pekerja Migran Indonesia (Perwira) yang merupakan binaan BP3MI NTB dan menjadi salah satu pengurusnya. BP2MI melalui BP3MI NTB juga telah memfasilitasi pameran produknya di Trade Expo Indonesia 2024 di Jakarta. Abdul Hadi kini diberdayakan menjadi mentor bagi mantan-mantan PMI dan keluarga PMI untuk menularkan suksesnya.
“Ada 25 mantan PMI yang sedang kita berdayakan juga. Ada 32 petani aren. Kita dorong untuk memanfaatkan potensi sekitar dikembangkan menjadi peluang usaha. Beberapa diantaranya sudah punya hasil produk, misalnya ada yang sudah membuat kripik kolang kaling. Proses ini sedang berjalan. Kita sama sama menggalakkan sukses berjamaah. Dengan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, Pemerintah Provinsi NTB, Bank Indonesia dan BP3MI NTB,” demikian Abdul Hadi.
Sementara itu, Kepala BP3MI NTB, Noerman Adhiguna mengatakan bahwa peran BP3MI NTB bersifat mendukung agar produk Purna PMI dan Keluarga PMI dapat membantu peningkatan perekonomian keluarga PMI hingga menggerakan perekonomian daerah serta mampu bersaing di pasar global. Lebih lanjut disampaikan bahwa upaya yang dilakukan adalah bentuk tanggung jawab pemerintah pusat maupun daerah dalam melaksanakan Undang Undang No.18 tahun 2017 (pasal 35) khususnya dalam melakukan pelindungan ekonomi bagi PMI Purna dan keluarganya.
Ya memang kami berbagi tugas dan selalu koordinasi dg BP3MI terkait pembinaan dan pemberdayaan usaha ekonomi produktif PMI, PMI Purna dan keluarganya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos, M.H mengatakan, banyak PMI purna yang pulang dari luar negeri, tergerak untuk berwirausaha dengan modal ilmu dan materi yang sudah didapatkan.
Salah satunya, produsen serbat jahe di Longserang. Tahun 2022 lalu, Disnakertrans NTB memberikan pelatihan bimbingan konseling untuk management produktivitas wirausaha untuk kelompok usaha serbat di Lombok Barat.
“Sedangkan bantuan modal pengembangan wira usaha untuk kelompok serbat dari PMI Purna dari BP3MI melalui program Perwira PMI Wilayah NTB. Sebulan yang lalu, saya sempat diskusi bersama BP3MI NTB dan NTB Mall, bahwa produk-produk dari PMI Purna diberikan tempat khusus di NTB Mall untuk dipamerkan/dijual spt serbat, kopi, kerajinan perak dan lainnya. Kita harapkan PMI-PMI purna yang lainnya juga bisa meniru kisah-kisah sukses seperti pak Abdul Hadi,” tandasnya.
Plh. Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB, H. Heri Agustiadi, S.Sos., M.M, menyampaikan, Pemprov NTB melalui Dinas Perdagangan turut mendukung PMI purna yang berwirausaha untuk membantu pemasaran produknya. Salah satunya Serbat Jahe Lombok Barat.
Dinas Perdagangan membantu promosi produk UMKM lokal melalui NTB Mall, atau kegiatan pameran lainnya.
“Serbat Jahe memang kita bina bersama. Kami dari sisi pemasaran. Karena, kita berharap dengan majunya UMKM, rantai ekonomi akan bergerak. Lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, produksi jahe petani terserap. Nilai tambahnya akan ngefek kemana-mana,” demikian Heri. (bul)