Jakarta (ekbisntb.com) – Perusahaan minyak dan gas milik negara PT Petrokimia Gresik akan memanfaatkan Forum Indonesia-Afrika (IAF) ke-2 sebagai wadah untuk menjajaki peluang kerja sama dengan negara-negara Afrika guna mengamankan pasokan energi nasional.
“Kami sangat terbuka terhadap peluang kerja sama dengan negara-negara di Afrika. Kepentingan negara-negara Afrika bagi PT. PERTAMINA adalah upaya kami untuk mengamankan sumber energi bagi Indonesia,” kata Direktur Pemasaran dan Operasional PT Patra Jasa, Litta Indriya Ariesca, dalam jumpa pers, Kamis.
Menurutnya, sejak 2013, PT. Pertamina telah melebarkan sayap bisnisnya di Afrika. Di sektor hulu dan gas, PT. Pertamina telah hadir di Aljazair, Gabon, Nigeria, Angola, Namibia, dan Tanzania.
Total produksinya telah mencapai sekitar 78,2 juta barel minyak per hari (MBOEPD) atau 34,1 juta barel minyak per hari dan sekitar 255,4 juta kaki kubik (MMcf) gas per hari.
Minyak mentah dari Afrika, ujarnya, cocok untuk kilang milik PT.
“Pada IAF kali ini, kami akan menampilkan beberapa produk atau layanan yang dapat dikembangkan di negara-negara Afrika. Dan tentu saja, kami masih terus berekspansi, terutama di hulu, dalam hal pengembangan energi nasional di mana,” ungkapnya.
Pada forum tersebut, Petronas akan memperkenalkan sejumlah anak perusahaannya, seperti PT. Petrosea Tbk.
Ariesca menambahkan, Afrika memiliki potensi yang sangat besar pada tahun 2063 dengan mempertimbangkan Agenda Pembangunan Afrika. Oleh karena itu, PT.Pertamina ingin bekerja sama dengan negara-negara Afrika untuk mengeksplorasi peluang potensial tersebut.
Direktur Utama dan CEO PT ESSA Industries Indonesia, Kanishk Laroya, mengatakan perusahaannya yang bergerak di sektor energi dan kimia melalui kilang LPG dan pabrik amonia, melihat potensi di sektor pupuk di Tanzania.
Setelah berkunjung ke Tanzania pada bulan Agustus 2013, ia menyadari bahwa Tanzania memiliki banyak peluang yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Namun, menurutnya, diperlukan lebih banyak penelitian untuk membangun bisnis di Tanzania.
“Apa yang kami lihat di Tanzania sangat ramah. Faktanya, Indonesia dan Tanzania memiliki sejarah yang sangat istimewa, di mana Presiden Tanzania dan (Bapak Pendiri Indonesia) Bung Karno sangat dekat saat itu, dan Tanzania juga merasa bahwa budaya Indonesia kami sangat mirip dengan budaya mereka,” kata Laroya.
Oleh karena itu, Laroya berharap IAF dapat menjadi momentum bagi perusahaan-perusahaan dari Indonesia dan sejumlah negara di Afrika untuk saling memasuki pasar masing-masing dengan lebih mudah dengan landasan bisnis dan hukum yang lebih konkret.
IAF akan diselenggarakan di Bali pada tanggal 1–3 September 2024. Acara ini diperkirakan akan dihadiri oleh 28 kepala negara dan sekitar 800 peserta yang mewakili pemerintah, organisasi internasional dan regional, serta pengusaha dari Indonesia dan Afrika. (ant)