spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiSpesies Baru Jamur Morel Ditemukan di Rinjani, Bisa Jadi Bahan Pangan

Spesies Baru Jamur Morel Ditemukan di Rinjani, Bisa Jadi Bahan Pangan

Lombok (ekbisntb.com) – Tim Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) baru-baru ini menemukan spesies jamur Morel. Tim menemukan jamur Morel itu di Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Jamur unik dari Rinjani yang memiliki nama latin Morchella Rinjaniensis ini menjadi jamur tropis pertama di Indonesia yang mempunyai deskripsi secara ilmiah.

Mengutip dari akun media sosial BRIN, tim peneliti menemukan jamur morel itu tumbuh liar di kawasan Cagar Biosfer Rinjani, Lombok. Tim menemukannya di ketinggian 900-1.200 MDPL. Atau lebih tepatnya di sekitar jalur Torean, Senaru, Sembalun, Tetebatu, dan Aik Berik. Jamur Morchella Rinjaniensis umumnya muncul saat musim peralihan, sekitar April-Mei.

- Iklan -

Jamur Morel dari Rinjani dan Tidak Ada Duanya

 Keunikan dan kebaruan Jamur Morchella Rinjaniensis itu terbukti dari segi morfologi dan genetiknya yang berbeda dari jamur Morchella lain.

Ukuran jamur ini bisa mencapai 19 cm dengan pola lubang (pits) yang acak. Selain itu, jamur yang tumbuh di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani ini memiliki spora besar dan permukaan mirip labirin.

“Ditempatkan dalam klade yang berbeda secara genetik membuktikan bahwa jamur Morel dari Rinjani ini adalah spesies yang baru,” jelas peneliti BRIN, Atik Retnowati dikutip dari keterangannya di akun medsos resmi BRIN, Senin 28 Juli 2025.

Punya Potensi Jadi Bahan Konsumsi

Atik juga menyebut, Jamur Morchella Rinjaniensis ini juga dapat menjadi bahan konsumsi dan bernilai ekonomi tinggi. Jamur Morel Rinjani tumbuh subur di hutan alami dekat aliran air.

Peneliti terus mendorong konservasi berkelanjutan. Hal itu sejalan program Man and The Biosphere UNESCO dengan harapan agar bisa dikembangkan jadi sumber pangan baru yang ramah lingkungan.

“Morchella Rinjaniensis punya karakter unik yang tidak ditemukan pada jenis Morel lain, baik secara bentuk maupun genetik. Temuan ini penting untuk masa depan riset, konservasi, dan budi daya jamur lokal,” pungkasnya. (sib)

Artikel Yang Relevan

Iklan







Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut