Mataram (Ekbis NTB) – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi NTB menyebut populasi sapi di NTB sebanyak 1,2 juta ekor di 2023, sehingga stok kebutuhan daging sapi tak ada persoalan. Justru puluhan ribu sapi asal NTB secara rutin dikirim ke luar daerah untuk memenuhi permintaan konsumen.
Kepala Disnakkeswan Provinsi NTB Muhamad Riadi mengatakan, meski Provinsi NTB jadi lumbung sapi, namun ada juga daging beku yang masuk dari luar daerah dengan menyasar konsumen hotel dan restoran. Daging beku yang masuk ke NTB dibatasi oleh Pemda dengan jumlah sekitar 10 ton per sekali pengiriman.
Riadi mengakui, harga daging sapi di NTB memang cukup anomali. Sebab meskipun daerah ini sebagai provinsi produsen sapi, namun harga daging terutama di Lombok masih terbilang tinggi yaitu di kisaran harga Rp125 ribu – Rp130 ribu per Kg.
Disnakkeswan pernah berupaya menurunkan harga daging di pasaran dengan memberikan izin masuknya daging beku dalam jumlah yang cukup banyak di NTB untuk penetrasi pasar. Namun harga daging tak kunjung berubah. Hal itu karena para jagal mengurangi pemotongan di Rumah Potong Hewan (RPH) di saat pasokan daging beku banyak masuk.
“Sehingga ketersediaan di pasar itu ya segitu-gitu saja, itu pinternya jagal-jagal kita itu,” kata Muhamad Riadi, Selasa 26 Maret 2024 kemarin.
Menurut Riadi, yang dilakukan antisipasi saat ini adalah persiapan suplai hewan kurban menuju wilayah Jabodetabek. Pihaknya telah bersurat kepada Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian untuk penyiapan kapal pengangkut ternak.
“Mudah-mudahan bisa segara direalisasikan, kemudian berapa kuotanya baru kita bisa tindaklanjuti dengan bicara dengan kawan-kawan Dinas Perhubungan, bicara dengan teman-teman asosiasi,” ujarnya.
Ia berharap kejadian di tahun 2023 lalu tak terulang Kembali. Dimana banyak pelaku usaha ternak yang mengirim sapinya ke Jabodetabek mengalami kerugian lantaran mengirim sapi kurban dengan jumlah yang melimpah.
“Saat itu peternak kita over estimate, membanjiri sapi ke Jabodetabek, akhirnya banyak yang tak laku. Mudah-mudahan itu menjadi pembelajaran agar nanti lebih realistis, misalnya di angka 24 ribu ekor sapi. Nah kalau tahun kemarin itu sampai 36 ribu, banyak sisa,” katanya.(ris)