Lombok (ekbisntb.com) – Penyakit gagal ginjal termasuk salah satu penyakit yang paling berbahaya, Penyakit ginjal tidak menular, namun bisa menyebabkan kematian. Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi dan insidensi yang semakin meningkat dan biaya yang tinggi.
Perawatan penyakit ginjal merupakan rangking ke 2 pembiayaan terbesar dari BPJS Kesehatan setelah penyakit jantung. Pada tahun 2018 jumlah pasien ginjal yang menjalani cuci darah sebanyak 35.602 dan meningkat menjadi 66.433 pada tahun 2019. Sementara data terakhir pada Oktober di tahun 2023, 235 dari 1.000.000 orang Indonesia menjalani hemodialysis (cuci darah).
Dengan meningkatnya kasus cuci darah tentunya diperlukan peran perawat secara optimal sehingga diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup pasien dialisis. Terkait hal ini, Pengurus Wilayah (PW) Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Provinsi NTB menggelar kegiatan workshop dan seminar keperawatan di Hotel Lombok Raya, Sabtu 24 Agustus 2024 hingga Minggu 25 Agustus 2024.
‘’Tujuannya, memberikan informasi tentang dialisis dan diharapkan menjadi pedoman dalam pelayanan dialisis di rumah sakit atau layanan kesehatan,’’ ujar Ketua Panitia Pertemuan Ilmiah Tahunan Wilayah IPDI NTB Restu Karina Putra, S.Kep, Ns., Minggu, 25 Agustus 2024.
Dalam kegiatan PIT Wilayah IPDI NTB tahun ini, ujarnya, IPDI NTB membuat 2 acara, yakni workshop pada tanggal 24 Agustus dan simposium pada tanggal 25 Agustus 2024. Kegiatan ini diikuti sebanyak 78 peserta simposium dan workshop 21 peserta dengan narasumber dari dokter dan perawat.
Pada workshop ini,,ujarnya, bertema Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dengan tujuan untuk penanganan gagal ginjal pasien dengan melakukan cuci darah sendiri secara mandiri di rumah. Termasuk melakukan perawatan pasien gagal ginjal dengan menggunakan alat yang tidak permanen maupun permanen yang menempel di tubuh pasien. ‘’Jadi kemarin kita sudah melaksanakan workshop di Aula Rinjani RSUD Provinsi NTB dan hari ini (Minggu, red) untuk simposium,’’ terangnya.
Menurutnya adanya kegiatan-kegiatan ilmiah seperti ini akan mampu memperbarui pengetahuan dan keterampilan perawat yang selama ini menangani pasien cuci darah di daerah masing-masing. Selain itu, bisa memberikan penanganan pasien selama dirawat di rumah sakit atau yang menjalani perawatan secara mandiri di rumah.
Harapan senada disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Provinsi NTB Baiq Reny Ermayuningsih, S.Kep.Ns., agar kegiatan yang digelar tidak hanya bagi dari sisi penanganan pasien semata. Namun, bagaimana melakukan sosialisasi ke tengah masyarakat agar penyakit gagal ginjal bisa ditekan, khususnya dari kalangan anak-anak.
Diakuinya, munculnya penyakit gagal ginjal yang menyebabkan harus melakukan cuci darah, selain disebabkan masalah keturunan, juga pola hidup. Pihaknya mengharapkan masyarakat tetap menjaga pola hidup dengan tetap mengkonsumsi makanan bergizi dan menghindari mengkonsumsi minuman yang mengandung pemanis buatan dengan zat tertentu. (ham)