KETUA Komisi III DPRD Kota Mataram, Abd Rachman, SH., mengapresiasi program pengembangbiakan maggot untuk pakan ikan air tawar. ‘’Jadi rencana DLH terkait pengembangbiakan maggot untuk dipasarkan ke peternak ikan, itu memang inovasi yang luar biasa sekali,’’ ungkapnya kepada Ekbis NTB di DPRD Kota Mataram kemarin.
Ini sejalan dengan kondisi bahwa pakan ikan pabrikan harganya cukup tinggi. Tentunya, lanjut Rachman, pengembangbiakan maggot ini dapat menjadi solusi untuk mengatasi mahalnya harga pakan ikan. Namun, yang perlu diingat bahwa, maggot untuk pakan ikan harus diproduksi dalam jumlah yang massif.
Dengan bertambahnya jumlah TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) di Kota Mataram, Rachman yakin, kebutuhan akan maggot sebagai pakan ikan, akan dapat terpenuhi. Seperti diketahui, Kota Mataram sudah memiliki satu TPST yang sudah beroperasi yakni TPST Sandubaya. Saat ini, Pemkot Mataram sedang membangun TPST lainnya di Kebontalo. Bahkan, DLH Kota Mataram menargetkan Kota Mataram memiliki tiga TPST.
Untuk mengurai produksi sampah di Kota Mataram, dari 280 ton per hari, TPST Sandubaya hanya bisa mengolah sekitar 60 ton sampah per hari. ‘’Tentunya sisa itu DLH harus berpikir inovatif, bagaimana cara menghilangkan sampah tanpa menimbulkan masalah lagi,’’ ucap mantan Wakil Ketua DPRD Kota Mataram ini.
Program pengembangbiakan maggot, kata Rachman, salah satu cara yang dikombinasikan oleh DLH Kota Mataram selain dengan menggunakan incinerator. Ketua DPC partai Gerindra Kota Mataram ini berharap nantinya TPST mampu memberikan sumbangsih yang besar dalam hal penuntasan masalah sampah di Kota Mataram.
‘’Dan juga bisa menghasilkan. Salah satunya dengam maggot. Bahwa itu bisa dijual secara massif kepada peternak ikan yang ada di Kota Mataram,’’ demikian Rachman. Menjawab keraguan peternak ikan terkait pakan maggot, dia mendorong Brida Kota Mataram mengoptimalkan maggot di TPST untuk bisa dipasarkan secara layak dan mampu memenuhi kebutuhan kualitas maupun kuantitas yang diinginkan oleh peternak ikan.
Anggota dewan dari daerah pemilihan Selaparang ini mengatakan bahwa budibaya maggot secara massif belum ada di Kota Mataram. ‘’Jadi pembudidaya maggot selama ini memproduksi dalam skala kecil. Mereka itu tidak mampu memenuhi kebutuhan peternak ikan. Sehingga, timbul tenggelam,’’ katanya.
Rachman berharap DLH Kota Mataram dapat merangkul semua pembudidaya maggot, mengingat kebutuhan maggot akan lebih besar karena peternak ikan air tawar di Kota Mataram berkembang pesat. (fit)