Lombok (ekbisntb.com) – PT Bank Perekonomian Rakyat Syariah (BPRS) PNM Patuh Beramal Amali (Bank Amali) meluncurkan program pembiayaan khusus bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Nusa Tenggara Barat (NTB) yang bekerja di Jepang. Kerja sama ini dijalin dengan dua Lembaga Pelatihan Kerja (LPK), yakni Bali Thosa Lombok Ochi dan Doroyoku Lombok, yang berlokasi di Kota Mataram.

Direktur Utama Bank Amali, Yanuar Alfan, menjelaskan program ini terinspirasi keberhasilan skema serupa di daerah lain seperti Yogyakarta dan Lampung. Ia melihat potensi besar di NTB, khususnya banyaknya LPK yang aktif namun membutuhkan dukungan pembiayaan. Nota kesepahaman (MoU) dengan kedua LPK tersebut telah ditandatangani pada April 2025.

Pembiayaan diberikan setelah peserta pelatihan dinyatakan lulus dan telah memiliki visa kerja Jepang. “Kami tidak membiayai sejak awal, melainkan setelah ada kepastian keberangkatan,” tegas Yanuar. Plafon pembiayaan yang disediakan mencapai Rp15 juta hingga Rp45 juta per peserta, dengan tenor satu tahun. Kebijakan ini mempertimbangkan durasi kontrak kerja di Jepang (umumnya satu hingga tiga tahun) dan meminimalkan risiko kredit macet.
Untuk mitigasi risiko, Bank Amali berencana melibatkan Jamkrida NTB Syariah sebagai penjamin. Langkah ini merupakan respons atas pengalaman sebelumnya di mana pembiayaan PMI seringkali bermasalah karena minimnya sistem penjaminan. Hingga pertengahan Juli 2025, dua peserta telah mengajukan pembiayaan dan dijadwalkan berangkat ke Jepang pada Oktober 2025.
Program ini masih dalam tahap uji coba dan akan dievaluasi secara berkala, termasuk akad pembiayaannya yang direncanakan menggunakan sistem ijarah (sewa jasa) sesuai prinsip syariah. Bank Amali menargetkan perluasan kerja sama dengan LPK lain di NTB jika program ini terbukti efektif. Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat juga akan ditingkatkan untuk meningkatkan akses pembiayaan yang aman dan terstruktur bagi calon PMI.
Direktur LPK Bali Thosa Lombok Ochi, Abdurrahman, menyambut positif kerja sama ini. Ia berharap program ini dapat membuka akses lebih luas bagi masyarakat kurang mampu untuk bekerja di Jepang. Kendala finansial selama ini menjadi hambatan utama bagi calon peserta magang, meskipun mereka memiliki kemampuan dan semangat yang tinggi. (bul)