spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaBisnisWisata Hiu Paus, Jadikan Rumah Warga sebagai Sumber Pendapatan Baru

Wisata Hiu Paus, Jadikan Rumah Warga sebagai Sumber Pendapatan Baru

Lombok (ekbisntb.com) – Rumah nelayan di kawasan Teluk Saleh sebagian besar merupakan rumah dari kayu. Keberadaan rumah ini tidak hanya dijadikan sebagai lokasi tempat tinggal oleh pemilik rumah. Namun, bagian rumah yang kosong ini bisa dimanfaatkan pemilik rumah sebagai lokasi penginapan atau homestay.

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi NTB Jamaluddin, S.Sos., MT., menjelaskan, jika pemanfaatan bagian rumah milik warga di sekitar Teluk Saleh ini sebagai homestay sama halnya dengan di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah.

- Iklan -

Menurutnya, keterbatasan kamar hotel di Lombok Tengah, khususnya dan NTB pada umumnya saat event MotoGP membuat pemerintah harus mengambil kebijakan dengan menjadikan rumah warga sebagai homestay.

Untuk itu, ujarnya, keberadaan ruang kosong di bawah rumah warga di Kawasan Teluk Saleh bisa menjelma menjadi peluang besar.

“Di bawah rumah itu kan ada ruang kosong, dijadikan homestay. Jadi kamar, kamar mandi, bisa berhasil. Harapan saya supaya mereka bisa menginap di sana. Karena wisatawan yang mau lihat hiu paus itu wajib menginap, dini hari baru bisa nyebrang,” ujar Jamaluddin, kemarin.

Ia menjelaskan, perjalanan ke spot hiu paus di Teluk Saleh memakan waktu dua jam dari darat ditambah waktu menyeberang. Wisatawan harus berangkat sebelum Subuh agar tiba di lokasi sebelum pukul 06.00 pagi—karena setelah pukul 08.00, hiu paus sudah menyelam menjauh dari permukaan.

Bagi masyarakat pesisir, momen ini menjadi peluang ekonomi baru. Rumah-rumah panggung dari kayu, yang dulunya hanya dihuni keluarga, kini mulai dimodifikasi. Bagian bawah rumah disulap jadi kamar untuk tamu, lengkap dengan tempat tidur, kipas angin, dan kamar mandi sederhana.

“Perputaran ekonomi paling cepat itu ya kalau ada pembangunan homestay,” ujarnya. “Tamu-tamu itu bisa mengalami hidup di desa, masak bareng tuan rumah, makan ikan segar dari laut. Itu pengalaman yang dicari wisatawan sekarang,” tambahnya.

Homestay menjadi jawaban atas keterbatasan akomodasi di daerah-daerah wisata baru seperti Teluk Saleh, yang belum memiliki hotel berbintang. Meniru keberhasilan homestay di Mandalika—yang kini memiliki ribuan unit berkat dukungan pemerintah pusat—Jamaluddin berharap pola serupa bisa dikembangkan di kawasan lain NTB.

“Waktu itu saya di Perkim, saya kawal betul pembangunan homestay di Mandalika. Sekarang desa-desa penyangga punya penginapan sendiri. Itu solusi ketika ada event besar seperti MotoGP. Kita harap di Sumbawa juga begitu, khusus, lokal, terjangkau,” katanya.

Lebih dari sekadar penginapan, homestay di NTB menjadi jembatan antara tamu dan tuan rumah. Di sanalah cerita dan budaya dibagikan, masakan lokal dimasak bersama, dan ekonomi rakyat digerakkan.

Nantinya, warga di Kawasan Teluk Saleh tak lagi sekadar menatap laut, berharap tangkapan ikan yang banyak. Selain itu di daratan, warga menyiapkan tempat terbaik bagi tamu yang ingin merasakan hangatnya keramahan warga NTB. (ham)

Artikel Yang Relevan

Iklan










Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut