Rumput laut merupakan salah satu komoditi andalan NTB sejak lama. Pantai bagian utara hingga selatan NTB sangat cocok untuk budidaya rumput laut. Selain itu, kualitas rumput laut NTB juga sangat bagus. Bahkan, ada beberapa pengusaha di luar negeri yang langsung membeli ke petani. Hal ini berpengaruh terhadap pesanan pengusaha rumput laut yang ada di daerah ini.
“ANJLOK,” itulah keluhan dari beberapa pengusaha rumput laut lokal dengan kondisi harga di lapangan saat ini.
Husnul Khatimah, salah satu pengusaha rumput laut di NTB mengakui jika harga pembelian rumput laut belakangan anjlok. Hal ini disebabkan pengusaha–pengusaha asal China yang mendapatkan akses terlalu bebas langsung turun belanja ke petani.
Pengusaha-pengusaha rumput laut asal China memutus langsung mata rantai perdagangan yang selama ini berjalan. Menurutnya, pembeli dari China turun langsung beli ke petani dan membeli dengan harga petani. “Kalau dulu, buyer nerima di China. Orang-orang sini yang suplai,” ungkapnya pada Ekbis NTB pekan kemarin.
Menurutnya, izin tinggal sementara yang diberikan oleh negara, kerap dimanfaatkan untuk turun langsung ke sentra-sentra produksi rumput laut. Sehingga, mata rantai bisnisnya yang tadinya melalui perusahaan-perusahaan lokal, atau mitra lokal menjadi terpangkas.
Husnul mengatakan, sebelumnya, harga jual rumput laut mencapai Rp40 ribu per kg dan diterima langsung di negaranya. Belakangan, pembeli ini menawarkan harga beli sangat rendah, yakni Rp15.000 per kg. Sesuai harga petani.
“Kalau ndak sanggup, ya mereka beli langsung ke petani. Makanya kita ngambil untungnya sekarang hanya Rp1.000 per Kg, dari harga petani. Terima di Surabaya. Rantai ekonominya menjadi terpangkas sekarang. Karena mereka leluasa turun langsung belanja ke petani,” keluhnya.
Harapannya, pola ini diproteksi oleh negara. Pembeli dari luar harusnya diatur mengikuti tata niaga yang berlaku, sehingga, nilai rantai ekonominya tetap dapat dipertahankan.
“Samalah, bagaimana China juga memproteksi orang luar negaranya masuk. Tidak bisa leluasa,” tambahnya.
Di sisi lain, Husnul mengatakan, permintaan pembeli dari China untuk rumput laut sangat tinggi. Bahkan unlimited. Untuk rumput laut jenis kotoni.
Rumput laut kotoni adalah salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyta) yang sangat populer di Indonesia. Jenis ini sering dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan potensi yang besar dalam berbagai industri.
Ciri-ciri rumput laut kotoni ini bagian tubuh berbentuk silindris atau pipih, dengan percabangan yang tidak teratur dan kasar.
Umumnya berwarna merah, namun dapat bervariasi tergantung kondisi lingkungan. Potensi dan manfaat rumput laut Kotoni di antaranya sebagai sumber utama karagenan, yaitu sejenis polisakarida yang banyak digunakan dalam industri makanan, farmasi, dan kosmetik sebagai pengental, penstabil, dan pembentuk gel.
Kaya akan serat, vitamin, dan mineral, sehingga memiliki potensi sebagai bahan pangan fungsional. Dapat diolah menjadi berbagai produk, seperti agar-agar, nata de sea, tepung rumput laut, dan suplemen makanan. Wilayah budidaya di Indonesia tersebar di Provinsi NTB, NTT, Bali, dan Sulawesi.
Husnul menambahkan, satu pembeli asal China permintaannya sampai seratus ton per bulan. Namun kendala yang dihadapi, masyarakat belum memiliki alat pembersih, sehingga prosesnya dilakukan di Surabaya, sebelum diekspor ke China.
“Barangnya ada, tapi kecenderungannya rumput laut kita masih kotor. Dan pola pembersihannya di sini masih manual. Melibatkan tenaga langsung manusia. Sehingga proses menjadi lama untuk memenuhi permintaan yang tinggi,” demikian Husnul.(bul)