MENURUNNYA harga rumput laut tidak hanya dirasakan petani, tapi oleh kalangan pengusaha. Direktur PT Sea6 Energy, Agus S Wiguna menilai anjloknya harga rumput laut saat ini sebenarnya bukan hanya karena masuknya pembeli dari China langsung. Akan tetapi, saat ini terjadi penurunan harga Carrageenan (karagenan) dunia.
Karagenan adalah bahan tambahan makanan yang berasal dari rumput laut merah yang digunakan untuk mengentalkan, mengemulsi, dan mengawetkan makanan dan minuman. Karagenan juga digunakan dalam berbagai industri, seperti kosmetik, obat, dan tekstil.
Menjawab Ekbis NTB, Sabtu 19 Oktober 2024, Agus Wiguna melihat harga rumput laut sekarang ini, maka mesti melihat historical data harga. Pada umumnya harga rumput laut bisa disetarakan dengan harga 1 kg beras.
Pada tahun lalu ketika harga rumput laut Rp40 ribu er kilogram sebenarnya itu pada saat masa-masa anomali, karena adanya beberapa faktor eksternal yang terkait dengan pandemi.
Ketika ada pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu, terjadi kepanikan di China sehingga mereka menimbun rumput laut dengan memenuhi semua gudang mereka. Karena itu harga terangkat karena demand yang tinggi serta diikuti oleh kenaikan harga produk gum (produk yang sama dengan karagenan) seperti gelatin, xantan, dan lainnya karena adanya panic buying dan berkurangnya supply.
Kini setelah pandemi selesai, demand juga menurun, maka harga kembali normal tidak hanya di rumput laut, namun di semua produk gum.
Sebelumnya di tahun 2008 anomali harga juga sempat terjadi. Di mana harga sempat menyentuh Rp 30 ribu/kg, namun setahun berikutnya turun Kembali ke harga Rp 10rb/kg.
Harga saat ini sangat tergantung dari demand and supply karagenan dan produk gum lain di dunia. Karena adanya perang dan krisis global, permintaan akan karagenan juga menurun, hal ini berdampak pada menurunnya harga bahan baku.
“Jadi sebenarnya harga saat ini Rp 15ribu/kg bukan karena pengusaha China langsung turun ke lapangan, juga sebenarnya dikarenakan menurunnya harga karagenan di dunia,” tegasnya kembali.
Menurut Agus S Wiguna, harga rumput laut dalam beberapa bulan ke depan akan tetap stabil di harga Rp15 ribu per kilogram.
Soal kehadiran pasar China ini secara lebih lanjut dikatakan Agus memang akan berpengaruh pada pasar. Akan tetapi, kehadiran China ini sebenarnya sudah terjadi dari dulu. Ada efek negatif yang sangat dirasa adalah, pengusaha lokal/pengumpul biasanya sudah memiliki jaringan petani dan mengeluarkan modal kepada petani. Namun pada saat panen sering datang pengusaha China langsung ke petani dengan memberi harga lebih mahal.
“Sebaiknya ada regulasi atau jalan keluar dari pemerintah untuk bisa memproteksi petani dan pengumpul lokal dari pengusaha-pengusaha yang nakal,” sarannya.
Ditambahkan, komoditi rumput laut ini masih prospek dan bisa memberikan kesejahteraan bagi pembudidaya. Karena biaya produksi petani masih bisa tercover dengan harga berikut.
Pihak PT Sea6 Energy sendiri memiliki tata niaga yang sedikit berbeda dengan tata niaga rumput laut pada umumnya, karena kami membeli rumput laut segar. “Tata niaga kami lebih singkat karena tahapannya adalah : petani – supplier – Sea6 Energy,” terangnya.
Agus menyarankan, produktivitas petani lebih ditingkatkan, kualitas rumput laut lebih ditingkatkan dan dijaga. “Kualitas rumput laut lebih ditingkatkan. Regulasi dipermudah untuk pengumpul sehingga bisa mudah menjangkau perbankan,” ujarnya. (rus)