spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaBisnisPemprov NTB Dorong Event Desa untuk Gerakkan Pariwisata dan Tekan Kemiskinan Ekstrem

Pemprov NTB Dorong Event Desa untuk Gerakkan Pariwisata dan Tekan Kemiskinan Ekstrem

Lombok (ekbisntb.com) – Pemerintah Provinsi NTB terus mendorong desa-desa untuk menggelar event lokal sebagai salah satu strategi untuk menarik wisatawan. Dengan kehadiran wisatawan ke Desa, diyakini dapat menggerakkan prekonomian di desa, sekaligus menekan angka kemiskinan ekstrem yang ada di desa.

Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal mengatakan bahwa kegiatan Bejango Desa yang dilaksanakan di Desa Anjani, Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur ini bukan hanya merawat masa lalu, tetapi juga membangun fondasi untuk desa wisata di masa depan.

- Iklan -

“Fondasi desa wisata yang memiliki karakter kemandirian secara ekonomi. Dan saya sangat senang mendengar tadi bahwa tadi pak Sekda bilang 101 desa yang ada di Lombok Timur sudah menjadi desa wisata,” ujar Gubernur pada pembukaan acara tersebut pada Jumat (18/7).

Ia menambahkan, desa-desa wisata di Lombok Timur memiliki kekayaan corak budaya yang luar biasa, berkat keberagaman yang dimiliki oleh masing-masing wilayah. “Ada Tete Batu, ada Kembang Kuning. Semua termasuk desa-desa yang sudah mandiri secara ekonomi,” ungkap Gubernur.

Gubernur juga menyampaikan bahwa ke depan, Pemerintah Provinsi NTB akan mulai memberikan perhatian lebih melalui program Desa Berdaya. Program ini terdiri atas dua kategori: Desa Berdaya dan Desa Berdaya Transformatif. Keduanya memiliki pendekatan yang berbeda.

“Desa Berdaya membantu yang sudah maju maupun yang belum maju. Desa Berdaya Transformatif khusus untuk desa-desa yang masih masuk kategori kemiskinan ekstrem. Jadi pendekatannya berbeda. Dikerjakan secara keroyokan, bukan saja oleh pemerintah provinsi tapi pemerintah kabupaten/kota, oleh LSM-LSM, perusahaan-perusahaan melalui CSR, keroyokan bareng. Sampai dalam waktu maksimal 2 tahun dia sudah tertransformasikan sehingga dia bisa berdiri di atas kakinya sendiri,” jelas gubernur.

Program ini juga menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk menghapuskan 106 desa dengan kategori kemiskinan ekstrem di NTB pada tahun 2029. Sekaligus menurunkan angka kemiskinan secara keseluruhan menjadi di bawah 10 persen.

Gubernur menegaskan bahwa tantangan paling sulit dalam membangun desa adalah mengidentifikasi siapa saja yang paling berkepentingan di dalamnya. Namun, itulah yang justru paling penting.

“Jadi mudah-mudahan dari acara ini kita melihat bahwa kita sudah bisa menumbuhkan semangat kolaborasi. Saya lihat semua UKM, UMKM ikut hadir. Semua masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat ikut hadir di sini. Mudah-mudahan semangat kolaborasi ini tetap terus tumbuh. Karena tidak ada satupun persoalan yang bisa diselesaikan hanya oleh satu orang,” jelas gubernur.

Sementara itu Kepala Bidang Pemasaran Dispar NTB, Mulki, menegaskan bahwa pihaknya fokus pada mendorong kemandirian desa. Sehingga bisa menggerakkan potensi yang dimiliki Desa. “Event seperti ini kami dorong agar desa mandiri. Mereka harus bisa menggerakkan potensi sendiri, mulai dari pemuda, UMKM, sampai semangat gotong royongnya. Itu lebih penting dari sekadar dana,” tegas Mulki.

Menurut Mulki, tren pelaksanaan event di desa terus meningkat. Dari 58 event yang masuk dalam Calendar of Event (CoE) 2025, kini mulai bermunculan festival baru yang digagas mandiri oleh pemerintah desa di seluruh Provinsi NTB. “Yang awalnya tidak masuk CoE, sekarang mulai muncul. Bulan Agustus nanti, Desa Kembang Kuning akan gelar Festival Kopi Siong Kete meskipun tidak tercatat dalam CoE,” bebernya.

Ia menambahkan, geliat event desa bukan semata untuk promosi wisata. Yang lebih utama adalah menciptakan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat. “Kita ingin dorong pemuda berkreasi, jadi pelaku UMKM muda. Target kita bukan cuma kunjungan wisatawan, tapi efek ekonomi yang bisa bantu entaskan kemiskinan ekstrem,” ujarnya.

Dispar NTB menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengangkat (pull up) event-event desa yang sejalan dengan program unggulan Gubernur NTB, yakni Desa Berdaya. “Kita cuma kasih pemantik. Sisanya semangat gotong royong dari masyarakat yang harus hidup. Bukan soal besar kecilnya anggaran, tapi nilai kebersamaan dan kemandirian itu yang jadi kekuatan,” tutupnya. (ndi/*)

Artikel Yang Relevan

Iklan












Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut