spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaBisnisPengusaha Hitung Kerugian Akibat Krisis Air Bersih di Gili di KLU Merugikan...

Pengusaha Hitung Kerugian Akibat Krisis Air Bersih di Gili di KLU Merugikan Puluhan Miliar

Mataram (ekbisntb.com)-Krisis air bersih di Gili Meno, Lombok Utara, telah melumpuhkan sektor pariwisata di pulau tersebut. Selama 21 hari air bersih kraudit, selama 21 hari. Hal ini mengakibatkan kerugian besar bagi para pengusaha hotel dan restoran, mencapai hingga Rp77 miliar.
Ketua Gili Hotel Association (GHA), Lalu Kusnawan, mengungkapkan keprihatinan atas kondisi ini. Ia menyatakan bahwa para pengusaha telah kehilangan banyak tamu akibat tidak adanya air bersih.
“Sudah ada wisatawan yang melakukan pembatalan dan checkout early,” jelasnya.
Kusnawan menambahkan, para pengusaha terpaksa membeli air galon, air suling, dan bahkan menyewa tandon air dengan biaya yang tinggi. Hal ini tentu saja menambah beban biaya operasional.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa Gili Meno sudah dalam kondisi sulit sebelum krisis air ini terjadi.
“Tamu yang berkunjung masih sedikit dibandingkan dengan dua Gili lainnya,” kata Kusnawan.
Ia pun meminta perhatian serius dari pemerintah terkait masalah ini. “Kita harus sama-sama mencari solusi untuk memajukan pariwisata,” tegasnya.
Sementara itu, di Gili Trawangan, situasi juga tidak jauh berbeda. PT TCN, penyedia air bersih di pulau tersebut, telah menghentikan suplai airnya sementara waktu karena izin mereka dicabut oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Ketua DPC Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Lombok Utara ini mendesak PDAM Lombok Utara untuk segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasi krisis air ini.
“PDAM harus bertanggung jawab dan memastikan suplai air tetap ada,” ujarnya.
Kusnawan mengingatkan bahwa pariwisata di tiga Gili (Meno, Trawangan, dan Air) sedang memasuki high season.
“Okupansi rata-rata sudah di atas 70 persen,” jelasnya.
Ia khawatir krisis air ini akan semakin memperparah kondisi pariwisata di Gili Meno dan Trawangan, yang masih dalam pemulihan pasca gempa dan COVID-19.
“Pemerintah harus menjamin keamanan dan kenyamanan wisatawan,” tegas Hasnan. “Ini sudah urgent. Tidak boleh ada daerah di Lombok yang kekurangan air selama 21 hari.”
Krisis air bersih di Gili Meno dan Trawangan menjadi pengingat penting bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan infrastruktur dan pengelolaan sumber daya alam di kawasan wisata. Solusi jangka panjang yang berkelanjutan perlu segera diimplementasikan untuk mencegah terulangnya krisis serupa di masa depan.(bul)

Artikel Yang Relevan

Iklan



Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini