Selong (Ekbis NTB) – Pondok Pesantren (Ponpes) Thohir Yasin Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur berhasil mengembangkan budidaya cabai menggunakan teknologi green house yang didukung oleh Bank Indonesia.
Budidaya cabai percontohan ini menjadi rekayasa tanam untuk menghasilkan produksi cabai tanpa mengenal musim, dengan produktivitas tinggi.
Setelah kegiatan tanam dilakukan pada pertengah Januari 2024, panen sudah dapat dilakukan, Jumat 19 April 2024. Panen perdana dilakukan langsung oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia, Berry A Harahap didampingi Deputy, Winda Putri Listya, Pj. Bupati Lombok Timur, Juaini Taofik, unsur Forkopimda Lombok Timur, dan pendiri serta pengelola Ponpes.
Dengan teknologi green house (bangunan tembus cahaya), iklim dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman, dan irigasi tetes juga dilakukan dengan sensor. Budidaya dilakukan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya.
Pemeliharaan tanaman juga dilakukan serba organik. Memanfaatkan pupuk organik yang diproduksi di lingkungan Ponpes. Hama pengganggu tanaman juga dapat dikendalikan. Sehingga kualitas dan kuantitas produksinya meningkat.
Faisal, pengelola green house ini mengatakan, keunggulan yang dapat dilihat dari hasil budidaya dengan teknologi green house ini diantaranya, hama penyakit terkendali, suhu terkendali, sesuai suhu yang cocok dengan tanaman. Komoditi yang dibudidakan dapat diproduksi pada waktu yang tepat yang diharapkan.
Produktivitas cabai bisa mencapai delapan bulan, dari yang biasanya hanya 5 bulan maksimal. Hasilnya, dalam dalam sebatang antara 800 gram sampai 1 Kg. biasanya di kisaran 500 gram perbatang.
Green house yang dibangun seluas 5 are, dengan total populasi 1.250 batang. Inipun jarak tanamnya masih bisa dimaksimalkan lagi.
“Dengan teknologi ini, produksi cabai bisa dilakukan sepanjang tahun jika pola tanamnya diatur,” ujarnya.
Faisal menambahkan, setelah berhasil mengembangkan cabai di green house, masyarakat yang inggin mengadopsi teknologi tanam ini juga bisa belajar. Selain untuk memenuhi kebutuhan ponpes dan masyarakat sekitar.
“Disinilah tempat belajar masyarakat, santri dan santriwati kalau ingin mengambangkan ini. Jadi tidak sekedar hanya untuk kegiatan produksi,” tandasnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry A. Harahap mengatakan, rekayasa pertanian tanaman cabai yang dilakukan di Ponpes Thohir Yasin diharapkan dapat menjadi percontohan bagi masyarakat, ataupun ponpes lainnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar. Apalagi cabai salah satu komoditas yang harganya fluktuatif.
Sebagai salah satu upaya pengendalian inflasi di sisi hulu dengan pendekatan berbasis komunitas, Bank Indonesia menurutnya melaksanakan program INFRATANI (Integrated Farming with Technology Information and Society).
Program ini bertujuan untuk mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) serta memperluas ekosistem rantai nilai halal yang berkelanjutan, berdaya saing dan inklusif sehingga dapat menjadi penggerak perekonomian daerah dan nasional.
Pada tahapan awal di akhir 2023, Bank Indonesia telah memilih tiga ponpes di Provinsi NTB untuk menjadi piloting program INFRATANI pengembangan komoditas Cabai yaitu Ponpes Thohir Yasin Lombok Timur, Ponpes Nurul Hakim dan Ponpes Nurul Haramain di Lombok Barat melalui pembangunan Green House dan instalasi peralatan drip irrigation berbasis IoT di masing-masing Ponpes dimaksud.
“Melalui program INFRATANI ini, kami berharap pondok pesantren dapat mengambil peran dalam pengendalian inflasi pangan khususnya komoditas cabai. Hasil produksi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan domestik pondok pesantren serta mendukung program hilirisasi produk turunan dari komoditas cabai,” demikian Berry.
Sementara itu, Pj. Bupati Lombok Timur, Juaini Taofik menyampaikan apresiasi kepada Bank Indonesia, dengan harapan, program INFRATANI dapat dikembangkan lebih luas di Kabupaten Lombok Timur. Karena kebermanfaatannya nyata.(bul)