spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaKesehatanPMK Kembali Melanda, Peternak di Lotim Khawatirkan Anjloknya Harga

PMK Kembali Melanda, Peternak di Lotim Khawatirkan Anjloknya Harga

Lombok (ekbisntb.com) – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak, khususnya ternak sapi kembali melanda. Tidak terkecuali di Kabupaten Lombok Timur (Lotim). Merebaknya kembali penyakit tersebut dikhawatirkan mengulang sejarah mewabahnya PMK beberapa tahun sebelumnya. Dimana, PMK telah menyebabkan anjloknya harga sapi karena peternak terpaksa jual dengan alasan takut rugi total.

Hal ini dikemukakan peternak di Desa Lenek Daya, Unasih saat menjawab Suara NTB ditemui di kandang kolektif di Dusun Keroak Desa Lenek Daya beberapa hari lalu. Fakta pahit dialami peternak kala itu diharapkan tidak terulang lagi.

- Iklan -

Diketahui, saat mewabahnya PMK ini banyak peternak yang terpaksa lelang ternaknya dengan harga murah. Sapi yang sejatinya harga Rp 15 juta per ekor karena terserang PMK hanya bisa laku seharga Rp 7-9 juta per ekor.

Unasih yang juga Kepala Desa Lenek Daya ini mengatakan di desanya sebagian besar warga merupakan peternak. Jumlah populasi ternak saat ini sudah mencapai 3000 ekor.

Jumlah peternak sendiri sebanyak 1.500 kepala keluarga (KK) dari 2000 KK total penghuni Desa Lenek Daya. Berternek sapi bagi warga Lenek Daya ini merupakan sumber pendapatan yang tetap coba dipertahankan.

Mengingat warga Lenek yang sebagian besar peternak, Desa Lenek Daya ini pun mengantisipasi kemunculan penyakit pada ternak. Termasuk antisipasi kemunculan PMK. Pemdes Lenek Daya ini srlalu siaga mengalokasikan dana desa untuk pengadaan obat-obatan, vitamin dan lainnya untuk menhaga kesehatan hewan ternak.

Warga Desa Lenek Daya sudah merasakan betul nikmatnya memiliki ternak. Kata Unasih, dengan beternak sapi ketika membutuhkan uang bisa dengan cepat dijual. Berbeda dengan bertani yang hasilnya sulit dijual. “Saat kita butuh uang, ada ternak sapi malam hari pun sanggup ada orang membeli,” ucapnya.

Saat ini, harga ternak masih cukup bagus. Yakni pada kisaran Rp 48-52 ribu per kilogram berat hidup. Harga ini dinilai masih baik dikalangan peternak. Karena itu, sangat diharapkan tidak ada lagi musibah penyakit menyerang ternak yang bisa merusak pasaran.

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Lotim drh. Hultatang menyebutkan saat ini jumlah populasi sapi di Kabupaten Lotim 140 ribu ekor. Jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun.

Pemerintah Kabupaten Lotim selama ini terus berupaya untuk membantu peternak menjaga kesehatan hewan ternaknya. Munculnya kasus PMK ini memang bisa menjadi ancaman bagi peternak.

Serangan penyakit mirip PMK pada ternak di Lotim sejak akhir tahun 2024 hingga pertengahan Januari 2025 dicatat 34 kasus. Kabid Kesmavet ini menyebut belum berani memastikan serangan penyakit pada ternak tersebut masuk kategori PMK. “Harus kita uji dulu di laboratorium,” ucapnya.

Dengan upaya pengobatan yang dilakukan, 34 kasus suspect PMK itu telah dinyatakan sembuh. Dengan demikian, dipastikan saat ini di Gumi Patuh Karya Lotim tidak ada kasus PMK. Meski demikian, tindakan vaksinasi dan penyemprotan cairan disinfektan terus berupaya dilakukan.

“Senin (hari ini-red) kita akan canangkan vaksinasi serentak se Kabupaten Lotim,” sebutnya. Vaksinasi ini dinilai masih sangat penting dilakukan mengingat terus adanya serangan berbagai jenis penyakit termasuk PMK. Pemberian vitamin juga terus digencarkan ke peternak agar ternak tetap sehat dan nilai jualnya tetap baik.

Ditarget, 35 ribu vial vaksin ternak akan disuntikkan ke ternak sapi Lotim. Dari keseluruhan populasi, jumlah vaksin tersebut memang terbatas. Karena itu, sebenarnya bagi masyarakat yang mampu disarankan untuk melakukan vaksinasi secara mandiri.

Dihadirkannya kembali program vaksinasi pada ternak ini karena kemunculan kasus PMK. Seperti merebaknya di Jawa Timur yang membuat pemerintah pusat mengambil langkah cepat agar tidak terjadi penularan yang makin meluas.

Guna menjaga kesehatan ternak, peternak juga dihimbau untuk tetap jaga kandang tetap steril dari serangan virus penyakit.

Mengenai vaksinasi 35 ribu vaksin yang diterima dari pemerintah provinsi akan utamakan bagi ternak yang belum vaksin. Vaksin memang sudah lama diarahkan mandiri untuk melindungi ternak dari berbagai serangan virus dan penyakit. Namun kembali digencarkan pemerintah karena PMK yang mulai mewabah kembali sebagai langkah antisipasi. Vaksin dilakukan setidaknya dua kali dalam setahun. Yakni setiap enam bulan sekali.

Awasi Lalu Lintas Ternak

Kemunculan penyakit pa di a ternak tidak terlepas dari lalu lintas ternak. Lotim diketahui menjadi lokasi pasar ternak terbesar di NTB. Lotim menjadi atensi karena pergerakan ternak cukup tinggi.

Pergerakan penyakit di tengah lalu lintas ternak tersebut pasti ada. “Kita tahu pergerakan ternak tak saja dari Lotim, tapi dari semua daerah di Lombok bergerak ke pasar hewan,” ungkapnya. Pasar Ternak di Masbagik coba terus dijaga agar tidak menjadi tempat transaksi penyakit.

Ternak dari Lotim ini diketahui juga banyak dibawa ke pulau Jawa, ke Jakarta dan daerah lainnya. Untuk itulah, hewan ternak Lotim harus sehat. “Jangan sampai jadi problem di jalan,” demikian imbuhnya. (rus)

Informasi Layanan Pengaduan Lainnya



Artikel Yang Relevan

Iklan





Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut