spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaBisnisPengusaha Perempuan Khawatirkan Dampak Perang Dagang dan Rencana Pembukaan Keran Impor

Pengusaha Perempuan Khawatirkan Dampak Perang Dagang dan Rencana Pembukaan Keran Impor

Lombok (ekbisntb.com) – Kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terus menuai sorotan. Di Nusa Tenggara Barat (NTB), kebijakan ini diprediksi membawa dampak signifikan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Founder Lombok Womenpreneur Club (LWC), Indah Purwanti mengungkapkan kekhawatiran mendalam terkait potensi penurunan daya beli dan perlambatan ekonomi yang akan dirasakan UMKM NTB.

- Iklan -

“Secara makro, dampak yang sudah terlihat adalah penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Ini kemudian berpotensi menurunkan penerimaan pajak dan memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor ke Amerika,” ungkapnya.

Meskipun sebagian besar UMKM di NTB tidak melakukan ekspor langsung ke Amerika, kebijakan tarif impor ini tetap memberikan efek domino.

“Dari 123 ribu UMKM di NTB, hanya sebagian kecil yang melakukan ekspor ke Amerika, seperti vanili. Namun, kebijakan ini bersifat global, mempengaruhi hubungan dagang dengan banyak negara, termasuk Indonesia,” jelasnya.

Penurunan nilai tukar rupiah berpotensi menurunkan daya beli masyarakat, yang pada akhirnya berdampak pada penjualan produk-produk UMKM. Selain itu, wacana pembukaan keran impor oleh pemerintahan mendatang juga menjadi tantangan besar bagi UMKM lokal.

“UMKM NTB harus meningkatkan daya saing produk mereka. Mereka harus mampu bersaing dengan produk-produk impor, terutama di sektor fashion dan makanan kemasan, yang banyak ditemukan di platform seperti TikTok,” tegasnya.

Untuk menghadapi tantangan ini, UMKM NTB disarankan untuk melakukan efisiensi dan diversifikasi produk. “Di tengah kondisi ekonomi yang lesu, efisiensi menjadi kunci. Banyak usaha kuliner yang menawarkan terlalu banyak varian menu, sehingga biaya bahan baku membengkak. Mereka perlu fokus pada produk yang paling laris dan mengurangi produk yang kurang diminati,” jelasnya.

Diversifikasi produk juga penting untuk mengurangi risiko kerugian akibat produk yang tidak terjual. “Produk yang kurang diminati sebaiknya dihentikan sementara waktu. Ini akan membantu meningkatkan omzet dan mengurangi biaya operasional,” tambahnya.

Bagi UMKM yang secara langsung melakukan ekspor ke Amerika, kebijakan tarif impor Trump menjadi pukulan telak.

“Mereka perlu mencari negara tujuan ekspor baru, namun ini membutuhkan waktu dan upaya yang tidak sedikit,” ujarnya.

Pemerintah, baik pusat maupun daerah, diharapkan dapat memberikan dukungan kepada UMKM yang terdampak langsung.

“Pemerintah Provinsi NTB, terutama Dinas Perdagangan, dapat memberikan subsidi ekspor, seperti subsidi ongkos kirim. Saya tahu dulu ada program tersebut, tapi saya tidak tahu apakah masih berjalan,” jelasnya.

Dukungan pemerintah sangat dibutuhkan untuk membantu UMKM mencari pasar ekspor baru dan menjaga keberlangsungan usaha mereka. “UMKM yang terlibat dalam ekspor langsung membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah. Mereka membutuhkan subsidi atau bantuan untuk mencari negara tujuan ekspor baru,” tegasnya.

Secara keseluruhan, Founder Lombok Womenpreneur Club menilai kebijakan tarif impor Trump tidak memberikan dampak positif bagi UMKM NTB.

“Saya hanya melihat ego di balik kebijakan ini. UMKM kita harus berjuang lebih keras untuk bertahan di tengah kondisi ekonomi yang sulit,” pungkasnya.(bul)

Artikel Yang Relevan

Iklan










Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut