ANAK di Indonesia, termasuk di Kota Mataram masih ditemukan sebagai perokok aktif. Karena itu, diperlukan langkah bersama untuk mengendalikan penyebaran rokok di kalangan anak-anak.
Hal itu mengemuka dalam Diskusi dan Bedah Buku “A Giant Pack of Lies” part 2 yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta bekerja sama dengan AJI Mataram di Mataram, Sabtu 15 Februari 2025.

Diskusi dan bedah buku itu dilaksanakan sebagai bentuk kewaspadaan bahaya nikotin pada rokok terhadap anak.
Ketua AJI kota Mataram, M. Kasim mengatakan, NTB merupakan salah satu penghasil tembakau terbesar di Indonesia. Dia juga memaparkan bahwa dari 70 juta perokok aktif di Indonesia, 7,4 persennya merupakan anak usia 10-18 tahun.
“Tetapi yang menjadi persoalan adalah anak-anak juga terlibat bekerja dari proses penanaman, kemudian memetik sampai ke proses mengoven dan sebagainya,” jelasnya.
Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Mataram melalui Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), dr. Dewi Ayu Murniati mengatakan, sekitar 8 persen anak usia 10-15 tahun di Mataram adalah perokok aktif. Hal itu berdasarkan hasil skrining oleh Dikes selama 2024 pada anak SD dan SMP di Mataram. “Alasan mereka merokok karena orang tuanya merokok, pengaruh teman dan media sosial,” ungkap Dewi Ayu Murniati, Sabtu 15 Februari 2025.
Dewi mengatakan, pihaknya memiliki program Upaya Berhenti Merokok (UBM) dan sudah melakukan sosialisasi ke sekolah juga ke posyandu. “Selain sosialisasi, kita juga melakukan pelatihan dan skrining,” pungkasnya.
Sejalan dengan itu, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kota Mataram, Ir. Miftahurrahman, ST., MT., IPM Asean Eng, mengatakan Pemkot Mataram sudah mengeluarkan Perda No 4 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR). “Sudah dilakukan langkah-langkah secara terstruktur oleh Dikes, Disdik dan DP3A sampai sekarang,” ucapnya.
Ketua AJI Jakarta, Irsyan Hasyim, dalam sambutannya menyampaikan Indonesia memiliki target generasi emas 2045. Namun di sisi lain, anak-anak yang diharapkan menjadi generasi emas rentan oleh penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat nikotin dan zat adiktif dari tembakau.
“Ini yang sebenarnya paling penting kita kendalikan, sehingga target-target Indonesia Emas, baik dari level nasional maupun daerah itu bisa kita capai bersama ke depannya,” tandasnya.
Kegiatan Diskusi dan Bedah Buku ini merupakan rangkaian dari roadshow di lima kota yaitu Solo, Denpasar, Mataram, Bandung dan Yogyakarta. Dalam acara tersebut, hadir juga Ketua DPRD Kota Mataram, Akademisi Kesehatan, Pol PP, Aliansi Petani Tembakau Indonesia (APTI) dan Organisasi Pers Mahasiswa di Mataram. (sib)