Kesenian Genggong Desa Gelangsar Kecamatan Gunungsari Lombok Barat (Lobar) merupakan warisan leluhur turun temurun. Seni memadukan suara atau bunyi nada dari napas mulut itu terancam punah seiring perkembangan zaman. Pihak Sanggar Seni di desa itu pun berupaya keras untuk melestarikannya.
Lukman, Ketua Sanggar Seni Pade Angen Desa Gelangsar mengatakan bahwa Kesenian Genggong ini diundang oleh pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Lobar untuk tampil mengisi Car Free Nite (CFN) secara swadaya. “Kami berinisiatif supaya kesenian Genggong ini dikenal lagi sama masyarakat Lobar. Karena Genggong ini hampir punah,”kata Lukman, Minggu 15 Juni 2025.

Upaya melestarikan kesenian ini pun menjadi tantangan. Pihaknya selaku anggota sanggar seni berupaya mengembangkan kesenian ini. Pihaknya melatih anak-anak usia dini, mulai dari Tingkat SD, SMP dan MTs agar kesenian ini tidak hilang. Pelaku seni yang senior melatih para juniornya secara berkala. Saat ini jumlah anak binaan yang sering latihan di sanggar seni sebanyak 25 anak.
“Mereka ini sudah bisa dua tiga lagu, imbuhnya. Antusias warga setempat untuk belajar kesenian ini lumayan tinggi. Sebab bagaimana pun kesenian ini peninggalan leluhur,’’ terangnya.
Apa saja intervensi Pemdes dan Pemkab Lobar untuk pelestarian kesenian ini? Menurutnya dalam bentuk insentif kepada pelaku seni tidak ada. Mereka bersifat sukarela. Sedangkan untuk peralatan, diberikan oleh pihak Unram.
Pihaknya juga kerjasama dengan pihak taman budaya dan dewan budaya Lobar. “Kita tampil dulu di taman Narmada, kerja sama dengan Dewan Seni Lobar,” ujarnya.
Sekarang, kata dia, kesenian ini belum tampil sekali pun. Baru kali pertama di CFN. Menurutnya untuk mempertahankan kesenian ini butuh peran aktif pemerintah menyiapkan panggung atraksi. Melibatkan kesenian ini dalam kegiatan pemerintah. Selain itu, perlu dukungan alat yang masih kurang yakni microphone mini. “Kita kekurangan mik kecil,” imbuhnya.
Kesenian ini sangat penting untuk kekayaan seni budaya lokal Lobar. Kesenian ini sangat unik, karena tidak butuh banyak peralatan. Hanya bermodalkan tangan dan napas mulut, untuk menarik dan memadukan nada, sehingga menghasilkan sebuah irama musik.
Kesenian ini, bagi orang tua zaman dulu dimainkan setiap turun ke sawah mau tabur benih. Mereka duduk di pematang sawah, memainkan kesenian ini sebelum sarapan. Orang tua dulu menjadikan kesenian ini sebagai wahana untuk meminta kesuburan tanaman dan hasil panen yang melimpah.
Sementara itu, Sekretaris Dinas PUTR Lobar Lalu Ratnawi mengatakan pada CFN kali ini pihaknya mengangkat kesenian Genggong dari Gelangsar yang unik dan hampir punah. “Genggong ini kesenian unik dan langka yang blm mendapat panggung untuk promosi. Makanya kami angkat kesenian ini biar lebih dikenal publik,” kata dia.
Ia mengaku sangat bangga bisa menampilkan salah satu kesenian tradisional lokal Lobar. Selain itu, pada CFN ini banyak edukasi yang disisipkan pihaknya. Pihaknya bersama tim menginisiasi untuk gerakan sadar akan kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya.
Pada CFN, tim membagikan kantong plastik ke semua UMKM dan seluruh peserta CFD untuk memungut sampah. Pihaknya mengadakan permainan bagi peserta membawa kantong plastik yang telah disediakan untuk mencari sampah-sampah plastik di sekitar arena CFD. “Dan peserta diberikan doorprize menarik dari Dinas PUTR,” imbuhnya. (her)