Mataram (Ekbis NTB) – Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing anjlok. Hal ini dipengaruhi oleh suhu politik tanah air, ditambah ketidakpastian ekonomi dan politik global.
“Karena sekarang bank belum buka untuk memastikan perkembang nilai tukar. Tapi kondisinya memang anjlok, penukarannya mendekati Rp16.000 per Dolar AS,” kata Muslim, salah satu pemilik money changer di Gili Trawangan, Senin 15 April 2024.
Menurutnya, lemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing ini dipengaruhi oleh politik pemilu yang sudah berlangsung dan bersengketa di MK. Secara teori, ketidakpastian suhu politik dan ekonomi dalam negeri membuat pemilik modal lebih banyak meninggalkan rupiah dan membeli mata uang yang lebih kuat, umumnya Dolar AS.
Keadaan semakin mengkhawatirkan, dengan ketegangan antar negara di Timur Tengah. Salah satunya, Iran dan Israel.
“Dampaknya ada ke mata uang kita, berdampak sekali itu,” tambahnya.
Saat ini, di Gili Trawangan mata uang asing yang paling mendominasi penukaran adalah Dolar AS dan Euro (mata uang yang dipakai di negara- negara anggota Uni Eropa). Melemahnya nilai mata uang rupiah ini, lanjut Muslim, dapat menggangu psikologis pengusaha valuta asing.
“Karena ibaratnya, wisatawan cukup menukar dua dolar, sudah dapat 50 lembar mata uang kita. /kita yang harus siapkan uang (rupiah) banyak. Apalagi saat bank-bank sedang tutup di musim libur lebaran ini, kemana lagi kita menukar,” imbuhnya.
Disatu sisi, rendahnya nilai mata uang rupiah ini menjadi kesempatan bagi wisatawan. dengan membawa uang secukupnya, mereka dapat menukarkan mata uangnya ke rupiah dan mendapatkan nilai yang lebih besar.
Namun, disisi lain. Kata Muslim, lemahnya nilai mata uang rupiah dapat memicu kenaikan inflasi. Berdasarkan data BPS, Pada Maret 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 3,63 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,74.
“Dampak lemahnya rupiah biasanya ke inflasi, bisa naik terus inflasi kita,” demikian Muslim.(bul)